ANALISIS DAMPAK SUBSIDI PANGAN (RASKIN) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN RUMAH TANGGA DAN SEKTOR PEREKONOMIAN INDONESIA (Pendekatan Analisis SNSE Indonesia Tahun 2008)
RESUME JURNAL
PENDAPATAN NASIONAL
ANALISIS DAMPAK SUBSIDI PANGAN (RASKIN) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN RUMAH TANGGA
DAN SEKTOR PEREKONOMIAN INDONESIA
(Pendekatan Analisis SNSE Indonesia Tahun 2008)
I. Abstraksi
Makanan adalah topik yang sangat penting,
karena termasuk sosial, politik dan ekonomi signifikansi, hal ini tak lepas
dari definisi konsep makanan sebagai salah satu kebutuhan dasar setiap individu
dan merupakan salah satu pilar utama hak asasi manusia. Pemerintah berkewajiban
menjamin keamanan pangan, dalam hal jumlah kualitas yang baik dan stabilitas
harga dan di sisi lain, peningkatan pendapatan untuk meningkatkan daya beli,
terutama dari kelompok berpenghasilan rendah. Salah satu contoh kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan konteks di atas adalah untuk memberikan
subsidi pangan. Subsidi pangan diberikan dalam bentuk penyediaan beras murah
bagi masyarakat miskin melalui beras operasi pasar khusus oleh Bulog. Subsidi
pangan ditujukan untuk menjamin ketersediaan dan distribusi beras dan
stabilitas harga dengan memberikan harga yang terjangkau untuk kelompok
berpenghasilan rendah atau miskin .
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis dampak dari realisasi subsidi pangan pada tingkat pendapatan rumah
tangga dan sektor perekonomian Indonesia. Untuk menganalisis dampak dari
subsidi pangan pada tingkat pendapatan rumah tangga dan sektor perekonomian
Indonesia, penelitian ini menggunakan alat analisis SAM ( Sistem Neraca Sosial
Ekonomi ) yang didasarkan pada grafik pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (
SAM ) Indonesia 2008.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa
Subsidi Pangan akan berdampak pada peningkatan pendapatan rumah tangga di
Indonesia sebesar 0,86 persen, dari Rp. 2,450,888.53 miliar berubah menjadi Rp.
2,472,062.68 miliar. Kelompok rumah tangga dengan perubahan tingkat pendapatan
tertinggi adalah kelompok sektor rumah tangga menerima subsidi pangan dengan
meningkatkan pendapatan sebesar 5,29 persen, dari Rp.298,165.08 miliar berubah
menjadi Rp. 313,939.76 miliar. Kenaikan pendapatan tertinggi kedua adalah
pertanian majikan rumah tangga sebesar 0,32 persen, dari Rp. 703,950.96 miliar
menjadi Rp. 706,191.88 . Sektor ekonomi yang memiliki peningkatan terbesar
dalam produktivitas sebagai dampak ekonomi langsung dan total subsidi pangan (
Raskin ) adalah industri makanan, minuman dan tembakau.
II.Latar
Belakang
Pangan adalah
salah satu kebutuhan
asasi setiap individu dan merupakan
salah satu pilar utama hak asasi manusia. Dalam hal ini sudah
seharusnya hak
atas pangan mendapatkan
perhatian
yang
tidak kalah penting dari pilar-pilar penegakan hak asasi manusia lainnya. Konsep definisi
pangan tersebut, memberi penekanan pada akses setiap rumah tangga (RT) terhadap pangan yang cukup, bermutu
dan
harganya terjangkau,
meskipun kata
RT belum
berarti menjamin setiap individu di dalam
RT mendapat akses yang sama terhadap pangan karena di dalam RT ada relasi kuasa.
Salah satu contoh kebijakan
pemerintah yang
berhubungan dengan konteks di atas adalah
dengan memberi subsidi pangan. Subsidi pangan diberikan dalam
bentuk penyediaan beras murah untuk masyarakat miskin (raskin) melalui operasi pasar khusus (OPK) beras Bulog. Subsidi pangan bertujuan
untuk menjamin ketersediaan dan distribusi beras serta stabilitas harga dengan
memberikan harga yang
terjangkau bagi golongan masyarakat miskin atau berpendapatan
rendah. Subsidi ini disalurkan melalui Perum Bulog (Nota keuangan dan RUU APBN 2009).
Semakin meningkatnya alokasi APBN Indonesia untuk pengadaan subsidi pangan dan
tingginya rumah
tangga sasaran yang dituju secara implisit mengindikasikan bahwa masih
banyak masyarakat yang hidupnya belum sejahtera. Berbicara perihal kemiskinan, maka secara implisit langsung maupun
tidak langsung telah membicarakan perihal distribusi pendapatan
penduduk, karena kemiskinan
berkaitan erat dengan rendahnya pendapatan masyarakat sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokok hidupnya.
Masalah distribusi pendapatan telah lama menjadi persoalan pelik dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh sejumlah
negara miskin dan
berkembang. Menurut
Lincoln Arsyad (1997) banyak negara sedang berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan
ekonomi tinggi pada tahun 1960-an mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang semacam itu hanya
sedikit manfaatnya dalam memecahkan masalah utama pembangunan
yaitu kemiskinan.
Sistem
Neraca Sosial Ekonomi yang memuat informasi transaksi perekonomian nasional bisa digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar sektor serta dampak terhadap perekonomian yang disebabkan
oleh kegiatan sebuah sektor. Dengan menggunakan model SAM (Social Accounting
Matrix)
yang didasarkan pada data
table Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) perekonomian Indonesia tahun 2008, dampak dari kebijakan subsidi pangan (raskin) terhadap
pendapatan rumah tangga dan sektor perekonomian Indonesia dapat diketahui.
III.
Kerangka
Pemikiran Teoritis
IV.
Metode
Penelitian
Metodologi yang digunakan untuk menganalisis pengaruh kebijakan subsidi pangan
terhadap tingkat pendapatan rumah tangga dan pengaruhnya terhadap sektor perekonomian adalah dengan menggunakan Social Accounting Matrix (SAM) atau biasa disebut dengan Sistem Neraca
Sosial Ekonomi (SNSE).
-
Analisis Pengganda Global (Ma)
Ma=(I-A)-1 ……………………………………………………………(3.1)
Ma = matrik pengganda neraca (accounting multiplier)
Persamaan dt = Ma dX menggambarkan pengganda neraca (accounting multiplier) yang
menjelaskan perubahan neraca endogen, yakni neraca produksi, neraca institusi, dan neraca sektor produksi sebesar Ma unit, sebagai akibat perubahan neraca
eksogen sebesar 1 unit.
-
Analisis Dekomposisi Multiplier
·
Pengganda Transfer (Ma1)
·
Analisis Pengganda
Open Loop
·
Analisis Pengganda
Closed Loop
-
Simulasi Dampak Kebijakan
Subsidi Pangan Terhadap Tingkat Pendapatan Rumah
Tangga Indonesia
V.
Pembahasan
-
Analisis Pengganda Global
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
efek angka pengganda
global terbesar dari pendapatan rumah tangga di Indonesia baik yang dikarenakan injeksi aktivitas eksogen dari faktor produksi, institusi maupun sektor perekonomian berada pada golongan rumah tangga pengusaha pertanian. Hal ini dapat diartikan bahwa efek multiplier kegiatan ekonomi yang berjalan di Indonesia ternyata lebih
memihak kepada rumah tangga golongan menengah keatas. Sedangkan efek multiplier yang
paling rendah dimiliki rumah tangga bukan angkatan kerja (BAK) di desa, dan hal ini berarti sistem
perekonomian yang
berjalan di Indonesia juga masih meminggirkan golongan bawah dalam
pemerataan
pendapatan.
- Analisis Dekomposisi Multiplier
a.
Analisis Pengganda Transfer
Dari tabel 4.3, diperoleh angka pengganda transfer terbesar terdapat pada golongan rumah
tangga pengusaha pertanian yakni 1,0938 yang kemudian disusul oleh golongan rumah tangga
buruh
pertanian
dengan nilai
pengganda
transfer
sebesar
1,0847.
Angka
pengganda transfer
terkecil terdapat pada golongan rumah tangga bukan pertanian golongan
atas di desa dengan nilai sebesar 1,0118. Apabila terdapat injeksi dari aktivitas eksogen sebesar Rp. 1 milyar yang diarahkan secara keseluruhan kepada blok institusi maka akan memberikan efek
pengganda transfer
pendapatan kepada rumah tangga buruh tani sebesar Rp. 1,08 milyar sementara kepada rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp. 1,09 milyar, tetapi jika dilihat dari keseluruhan, tidak ada
perbedaan signifikan pada pengganda transfer antar sektor dalam satu blok.
b. Analisis Pengganda
Open Loop
Pada angka pengganda Open Loop dalam Tabel 4.5 dibawah dapat dilihat bahwa angka
pengganda dari faktor produksi terbesar ditunjukkan oleh rumah tangga bukan pertanian golongan atas di kota sebesar 3,5713. Sementara angka pengganda terendah
diperoleh rumah
tangga bukan
angkatan kerja (BAK) di kota sebesar 0,7159.
Dengan demikian apabila terdapat injeksi dari aktivitas eksogen sebesar Rp. 1 milyar yang diarahkan terhadap faktor produksi maka akan memberikan efek
pengganda pendapatan kepada rumah tangga bukan
pertanian golongan
atas di
kota sebesar Rp.
3,5 milyar.
c. Analisis Pengganda Closed Loop
Angka pengganda closed loop golongan rumah tangga setelah kebijakan subsidi pangan
dapat dilihat pada tabel 4.7.
-
Hasil Simulasi Dampak Kebijakan
Subsidi Pangan Terhadap
Tingkat Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2008
Pada Tabel 4.9 dapat dilihat adanya kenaikan yang cukup besar terhadap pendapatan
rumah tangga di Indonesia, terutama bagi rumah tangga buruh pertanian sebagai rumah
tangga penerima subsidi pangan (raskin). Kenaikan tingkat pendapatan
yang
terjadi pada rumah tangga
buruh pertanian sebesar 0,35 persen, yaitu dari sebesar Rp. 171.254,15 milyar berubah menjadi
sebesar Rp. 183.927,47 milyar. Kemudian diikuti oleh golongan rumah tangga pengusaha pertanian
dengan kenaikan pendapatan sebesar
0,07 persen, yakni dari Rp. 703.950,96
milyar
menjadi
sebesar Rp. 706.629,05. Lalu disusul oleh golongan rumah tangga bukan pertanian golongan atas dikota dengan
tingkat kenaikan
pendapatan sebesar 0,05 persen, yang besar pendapatannya berubah dari Rp. 777.279,03 milyar menjadi Rp.
779.049,58 milyar.
Kenaikan tingkat pendapatan terkecil terjadi pada rumah tangga bukan angkatan kerja(BAK) di kota dengan peningkatan pendapatan sebesar 0,01 persen yakni dari Rp. 233.824,57 milyar menjadi Rp. 234.320,95 milyar. Berdasarkan hasil perhitungan
simulasi dapat diketahui bahwa adanya Subsidi Pangan (Raskin) akan memberikan dampak pada peningkatan pendapatan
rumah tangga di Indonesia sebesar 0,6 persen, yaitu dari sebesar Rp. 3.643.548,86 milyar berubah menjadi sebesar Rp. 3.665.519,27 milyar.
VI.
Kesimpulan
Dari penjabaran diatas terlihat bahwa ternyata, Rumah tangga yang mendapatkan efek pengganda terbesar secara
langsung
dan
total
sebagai dampak kegiatan
ekonomi
setelah
direalisasikannya
subsidi pangan (raskin) adalah golongan rumah tangga
pengusaha
pertanian, sementara golongan rumah
tangga buruh pertanian
sebagai penerima subsidi pangan (raskin)
memiliki efek pengganda
yang terbilang kecil.
Untuk analisis
secara
spesifik melalui analisis multiplier decomposition: angka pengganda transfer, angka pengganda open loop dan
angka
pengganda closed loop di sektor rumah
tangga, adanya injeksi
subsidi pangan
(raskin) menimbulkan efek pengganda terhadap pendapatan golongan
rumah, yang mana secara umum
golongan rumah tangga pengusaha pertanian merupakan golongan rumah tangga yang
mendapatkan efek pengganda yang lebih besar dibandingkan rumah tangga buruh pertanian sebagai rumah tangga penerima subsidi pangan (raskin).
Dengan kata lain, bahwa dengan sistem perekonomian yang berjalan di Indonesia realisasi
pengadaan subsidi pangan (raskin) tidak sepenuhnya mampu mengatasi masalah
kesenjangan
pendapatan
antar golongan rumah tangga di Indonesia dan terlebih untuk mengatasi masalah kemiskinan. Sedangkan di sektor perekonomian adanya injeksi subsidi pangan (raskin) memberikan efek
pengganda pada sektor industri makanan, minuman dan
tembakau yang cukup besar, hal ini mengindikasikan naiknya angka permintaan rumah
tangga terhadap sektor perekonomian tersebut.
Komentar
Posting Komentar