Langsung ke konten utama

RESUME PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PROYEK PANASBUMI




RESUME
PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PROYEK PANASBUMI



Abstraksi
Pembangunan berbasis energi yang tidak ramah lingkungan menimbulkan emisi gas rumah kaca, yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global dan perubahan iklim, yang sangat mengganggu lingkungan kehidupan manusia di bumi. Untuk mencegah kerusakan bumi yang semakin parah, negara-negara maju menganjurkan penghematan energi dan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan melalui sustainable development; dan yang terakhir melalui clean development mechanism yang diusulkan oleh Protokol Kyoto.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan panasbumi yang terbesar di dunia memiliki peluang yang besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, namun ironisnya pemanfaatan sumber daya panasbumi (untuk pembangkitan tenaga listrik) baru mencapai 5% dari total supply yang ada. Berbagai upaya perlu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mendorong pengusahaan sumber daya panasbumi secara optimal di masa mendatang.
Salah satu faktor yang cukup strategis untuk mendorong pengusahaan sumber daya panasbumi adalah melalui sistem perpajakan. Memang harus diakui bahwa pemberian berbagai insentif perpajakan panasbumi dapat menurunkan penerimaan Pemerintah dari pajak panasbumi, namun harus dipertimbangkan pula manfaat yang lebih besar, yaitu adanya penurunan harga listrik panasbumi dan multiplier effect yang ditimbulkannya (bertumbuh kembangnya industri-industri baru karena meningkatnya penyedian tenaga listrik) yang pada gilirannya dapat meningkatkan penerimaan Pemerintah dari sektor pajak. Dalam paper ini dilihat pengaruh dari perubahan peraturan (sistem) perpajakan terhadap keputusan investasi proyek panasbumi, khususnya evaluasi terhadap Keputusan Menteri Keuangan No. 746/KMK.012/1981 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 766/KMK.04/1992.





PENDAHULUAN
Menurut beberapa pemberitaan yang sering dimuat dalam berbagai media cetak dan elektronik dikabarkan bahwa Indonesia pada saat ini sedang menghadapi krisis tenaga listrik yang serius. Pertumbuhan rata-rata kebutuhan tenaga listrik di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun mendatang (sejak tahun 2000) diperkirakan akan mencapai 8,9% per tahun, sehingga setiap tahun diperlukan tambahan daya terpasang pembangkit listrik sekitar 2000 MW, yang memerlukan dana investasi sekitar US$ 1,2 s/d 2 milyar per tahun (belum termasuk biaya investasi untuk jaringan transmisi, distribusi dan perlengkapan kelistrikan lainnya).
PT. PLN (PERSERO) sebagai salah satu BUMN yang memiliki kekuatan monopoli dalam bidang ketenagalistrikan, jelas tidak mungkin menanggung beban biaya investasi yang demikian besar tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, peranan pengusaha listrik swasta (Independent Power Producer, IPP) dalam penyediaan tenaga listrik mutlak diperlukan. Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan kurang menariknya investasi di bidang ketenaga-listrikan di Indonesia pada saat ini, diantaranya adalah country risk yang masih tinggi dan adanya kesenjangan antara “harga keekonomian” tenaga listrik (sekitar US$ cent 7 per kWh) dan “daya beli” PLN (sekitar US$ cent 4.5 per kWh). Kesenjangan harga ini tidak terlepas dari adanya kenyataan bahwa PLN harus membayar tenaga listrik yang dibeli dari IPP dengan US$, tetapi harus menjualnya kepada masyarakat dalam rupiah.
Salah satu sumber daya energi yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik adalah panasbumi, yang merupakan sumber daya energi terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Indonesia memiliki cadangan panas-bumi yang terbesar di dunia (sekitar 16.000 MW), namun yang telah dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik baru mencapai sekitar 5%. Salah satu faktor penyebab kurang berkembangnya investasi di bidang panasbumi diantaranya adalah harga tenaga listrik yang dinilai oleh para investor kurang menarik. Dari sudut pandang investor panasbumi, harga tenaga listrik harus dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang menarik sesuai dengan risiko bisnis yang tinggi (khususnya di sektor hulu).





LANDASAN TEORI
Model Studi Kelayakan Investasi Proyek Panasbumi
Keputusan investasi proyek panasbumi merupakan keputusan investasi yang sangat strategis, karena proyek panasbumi memerlukan “waktu pembangunan yang lama” (multi years project), melibatkan dana yang besar, menggunakan teknologi yang canggih dan menghadapi risiko yang tinggi (terutama pada kegiatan hulu, khususnya pada tahap eksplorasi). Untuk menghindari kegagalan yang tidak diharapkan, setiap keputusan investasi harus didukung dengan suatu studi kelayakan proyek, yang terdiri dari identifikasi proyek, analisis pasar (market analysis) dan analisis tekno-ekonomi yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Penyusunan Model Reservoir Panas-bumi
Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik dan kedalaman reservoir panasbumi serta potensi sumber daya panasbumi, yang sangat diperlukan untuk menentukan lokasi pemboran sumur-sumur eksplorasi.
b. Perencanaan dan Penjadualan Proyek
Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai ruang lingkup proyek dan jadwal kegiatan proyek.
c. Estimasi Biaya
Tahapan ini dilakukan untuk mendapat-kan gambaran mengenai total biaya investasi proyek panasbumi selama masa preproduksi, termasuk IDC (Interest During Construction) apabila proyek menggunakan debt financing.
d. Analisis Cash Flow
Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai proyeksi arus kas proyek sejak proyek dimulai sampai dengan berakhirnya masa produksi.
e. Penilaian Kelayakan Proyek
Penilaian kelayakan proyek dilakukan dengan menggunakan profitability indicators.






METODE PENELITIAN
Sistem Perpajakan Panasbumi
Sampai saat ini di Indonesia sudah dikenal dua sistem perpajakan panasbumi, yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 746/KMK.012 /1981 tahun 1981 (SP1) dan Keputusan Menteri Keuangan No. 766/KMK.04 /1992 tahun 1992 (SP2) dengan perbedaan sebagai berikut :
SP1 SP2
Tarif Pajak 46% 34%
Masa depresiasi 6 tahun 7 tahun
Tarif depresiasi 12.5% 25%
Metode depresiasi Switching Declining Balance
Investment Tax Credit 5% per tahun Tidak ada

Profitability Indicators
Keputusan investasi adalah suatu keputusan yang berkaitan dengan pengadaan aktiva tetap pada masa sekarang untuk memperoleh serangkaian keuntungan dalam jangka panjang di masa yang akan datang, yang melibatkan penggunaan sumber daya dan dana yang besar yang dapat menimbulkan implikasi jangka panjang dimasa yang akan datang. Oleh karena ada kesenjangan antara masa sekarang dan masa yang akan datang, maka dalam menilai kelayakan usulan investasi diperlukan suatu indikator yang dapat menjembatani perbedaan antara nilai uang pada masa yang akan datang dengan nilai uang pada masa sekarang, yang disebut Profitability Indicators, yang berbasis pada present value of money.

Net Present Value (NPV)
NPV adalah jumlah dari rangkaian present value of cash flow mulai dari awal proyek sampai dengan akhir proyek Kriteria penilaian kelayakan usulan proyek berdasarkan NPV :
􀂾 Jika NPV > 0, maka usulan proyek layak untuk dilaksanakan (feasible).
􀂾 Jika NPV < 0, maka usulan proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol.


0)1(0=+Σ=ntttIRRCF (3)
Kriteria penilaian kelayakan usulan proyek berdasarkan IRR :
􀂾 Jika IRR > required rate of return, maka usulan proyek layak untuk dilaksanakan (feasible).
􀂾 Jika IRR < required rate of return, maka usulan proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

PEMBAHASAN
Pro dan Kontra Antara NPV dan IRR
Pada umumnya pengambilan keputusan investasi berdasarkan NPV dan IRR akan memberikan hasil yang sama, artinya “apabila suatu usulan investasi dinilai layak berdasarkan NPV, maka usulan investasi tersebut juga dinilai layak berdasarkan IRR”. Namun demikian, menurut kalangan akademisi, NPV dianggap lebih unggul dibandingkan IRR, karena NPV dapat mengatasi fenomena multiple IRR dan conflict ranking projects, sedangkan IRR tidak dapat mengatasi fenomena tersebut. Meskipun demikian, NPV juga memiliki kelemahan, yaitu NPV tidak memiliki safety margin (sedangkan IRR memiliki safety margin) dan NPV kalah populer dibandingkan dengan IRR (para investor pada umumnya lebih tertarik menggunakan IRR, karena IRR dapat segera dibandingkan dengan cost of capital). Di samping itu, dengan ditemukannya metode Modified IRR (MIRR), MIRR juga dapat digunakan untuk mengatasi fenomena multiple IRR dan conflict ranking projects, sehingga issue tradisional yang mengunggulkan NPV tidak relevan lagi.

Payback Period (PBP)
Payback period adalah waktu yang diperlukan untuk memperoleh kembali seluruh biaya dan kewajiban yang telah dikeluarkan dalam suatu proyek. Meskipun PBP tidak mencerminkan Profitability Indicators suatu usulan investasi dan metode perhitungannya tidak memper-timbangkan present value of money, namun PBP sering digunakan untuk melengkapi indikator kelayakan usulan Iinvestasi, karena PBP dapat mencerminkan likuiditas suatu usulan investasi dan secara rule of thumb dapat digunakan untuk “menebak” IRR adalah PBPIRR1










Gambaran Umum Proyek Panasbumi XYZ Dan Asumsi
Karakteristik Reservoir Panasbumi
Proyek panasbumi XYZ adalah proyek pengembangan lapangan panasbumi dan pembangunan PLTP (total proyek) yang dilakukan di area prospek panasbumi XYZ yang memiliki karakteristik reservoir panasbumi sebagai berikut :
􀂾 Temperatur reservoir : 2500C
􀂾 Tekanan reservoir : 45 bar
􀂾 Permeabilitas : 12 mD
􀂾 Porositas : 10%
􀂾 Jenis fluida panasbumi : Uap basah (kandungan air 40%)
􀂾 Kandungan gas : 1.5%
􀂾 Kedalaman reservoir : 1500 m
􀂾 Potensi sumber daya panasbumi : 150 MW x 30 tahun.

Ruang Lingkup Proyek
Ruang lingkup proyek panasbumi XYZ terdiri dari ruang lingkup pengembangan lapangan panasbumi (sektor hulu) dan pembangunan PLTP (sektor hilir). Penyusunan ruang lingkup sektor hulu baru dapat dilakukan setelah ada model reservoir dan prospek panasbumi mengindikasikan adanya cadangan panasbumi yang komersiil, sedangkan penyusunan ruang lingkup sektor hilir baru dapat dilakukan secara lebih akurat apabila pengembangan lapangan panasbumi sudah menunjukkan tanda-tanda mampu memasok energi panasbumi sesuai dengan kapasitas terpasang PLTP.

Jadwal Kegiatan Proyek
Jadwal kegiatan proyek baru dapat disusun setelah dipunyai ruang lingkup proyek, yaitu suatu diagram balok datar (bar chart) yang menggambarkan hubungan antar kegiatan proyek dengan waktu pelaksanaan (duration) kegiatan-kegiatan tersebut.

Estimasi Biaya Proyek
Biaya proyek terdiri dari biaya investasi (biaya pre produksi) dan biaya operasi (biaya pada masa produksi). Dalam menyusun estimasi biaya proyek panasbumi, seorang cost estimator pada umumnya belum memiliki data yang akurat tentang aspek teknis (khususnya yang berkaitan dengan ruang lingkup proyek hulu) dan aspek keuangan (yang berkaitan dengan unit cost). Oleh karena itu, dalam menentukan estimasi biaya satuan investasi kita harus mengacu pada historical of costs data dari proyek yang “sejenis”. Perlu diingat bahwa biaya investasi proyek panasbumi (khususnya proyek hulu) sifatnya site specific, diantaranya sangat tergantung pada karakteristik reservoir panasbumi, letak lokasi area panasbumi dan faktor kesulitan dipermukaan ataupun dibawah permukaan bumi. Oleh karena itu, proyek panasbumi yang memiliki ukuran proyek yang sama belum tentu memiliki biaya investasi yang sama.

Hasil dan Diskusi
Proyeksi Cash Flow
Proyeksi cash flow disusun mulai dari masa pre produksi (tahun 1 s/d tahun 5) sampai dengan berakhirnya masa produksi (tahun 6 s/d tahun 35) dengan menggunakan rumus Cash Inflow dan Cash Outflow.

Penilaian Kelayakan Proyek
Dengan menggunakan sistem perpajakan SP1 dan SP2, serta discount rates 15% (low return), 17% (medium return) dan 20% (high return), terlihat bahwa:
a. Pada Harga Listrik Panasbumi US$ 45 per MWh
􀂾 Proyek panasbumi tidak feasible, karena menghasilkan NPV (dihitung dengan menggunakan Rumus 1) < 0 dan IRR (dihitung dengan menggunakan Rumus 3) < low return.
􀂾 PBP proyek panasbumi (dihitung dengan menggunakan Rumus 4) relatif cepat, karena tidak lebih lama dari 7 tahun setelah operasi komersial.
b. Pada Harga Listrik Panasbumi US$ 70 per MWh
􀂾 Jika menggunakan SP1, proyek panasbumi akan feasible jika meng-gunakan discount rate 15%, tetapi tidak feasible jika menggunakan discount rate di atas 16,30%.
􀂾 Jika menggunakan SP2, proyek panasbumi akan feasible jika meng-gunakan discount rate tidak lebih dari 17,17%.

Harga Listrik Panasbumi
Harga listrik panasbumi adalah sekitar US$ 63,49 per MWh (low return), US$ 74,05 per MWh (medium return) dan US$ 88,58 per MWh (high return) berdasarkan SP1, sekitar US$ 60,79 per MWh (low return), US$ 69,23 per MWh (medium return) dan US$ 82,92 per MWh (high return) berdasarkan SP2 dan sekitar US$ 58,90 per MWh (low return), US$ 66,95 per MWh (medium return) dan US$ 80,84 per MWh (high return) berdasarkan SP5. Dari hasil tersebut terlihat bahwa :
a. Harga listrik panasbumi yang paling murah adalah harga listrik berdasarkan sistem perpajakan SP5, sedangkan yang paling mahal adalah harga listrik berdasarkan sistem perpajakan yang lama.
b. Apabila investor menginginkan minimum IRR sebesar 15% (low return), maka harga listrik panasbumi tidak akan feasible.
c. Apabila ceiling price yang disetujui pembeli adalah sebesar US$ 70 per MWh, maka IRR sebesar 20% (high return) tidak akan tercapai.
d. Ceiling price sebesar US$ 70 per MWh tercapai diatas low return (SP1) dan di bawah high return (SP2 dan SP5).
IRR Proyek Panasbumi Dikaitkan dengan HPP PT. PLN (PERSERO)
Dengan mempertimbangkan Harga Pokok Penjualan (HPP) PT. PLN (PERSERO) yang menjadi acuan TDL tahun 2003 adalah Rp. 667,- per kWh dan nilai tukar US$ sebesar Rp.8500,- per US$ asumsi harga listrik panasbumi adalah sebesar 70%, 80% dan 90% dari HPP PT. PLN (PERSERO), maka dari Tabel 6 terlihat bahwa pengusaha panasbumi akan memperoleh:
  1. IRR sebesar 12,94% (peraturan lama), 13,51% (peraturan baru) dan 13,94% (SP5) apabila harga listrik panasbumi adalah sebesar US$ 54,93 per MWh (70% dari HPP).
  2. IRR sebesar 14.83% (peraturan lama), 15,48% (peraturan baru) dan 15,98% (SP5) apabila harga listrik panasbumi adalah sebesar US$ 62,78 per MWh (80% dari HPP).
  3. IRR sebesar 16.41% (peraturan lama), 17,32% (peraturan baru) dan 17,76% (SP5) apabila harga listrik panasbumi adalah sebesar US$ 70,62 per MWh (90% dari HPP).

a. Apabila harga listrik panasbumi sebesar 70% dari HPP, maka investor panasbumi tidak akan tertarik, karena akan menghasilkan IRR dibawah low return.
b. Apabila harga listrik panasbumi sebesar 80% dari HPP, maka peraturan lama menjadi tidak menarik, karena akan menghasilkan IRR dibawah low return, sedangkan apabila menggu-nakan peraturan baru dan SP5, maka investor panas bumi akan memperoleh IRR diatas low return.
c. Apabila harga listrik panasbumi sebesar 90% dari HPP, maka investor panasbumi akan memperoleh IRR dibawah medium return apabila menggunakan peraturan lama, akan tetapi akan memperoleh IRR diatas medium return apabila meng-gunakan peraturan baru dan SP5.
PENUTUP
Kesimpulan
􀂙 Meskipun peraturan perpajakan yang baru (SP2) menawarkan insentif berupa penurunan tarif pajak, namun tidak dapat memperbaiki keekonomian proyek secara optimal, karena beberapa insentif perpajakan pada peraturan yang lama (SP1) seperti metode depresiasi dan investment allowance diganti atau dihilangkan.
􀂙 Investor panasbumi tidak akan pernah memperoleh IRR high return, apabila ceiling price yang disepakati adalah US$ 70 per MWh.
􀂙 Floor price sebesar US$ 45 per MWh tidak akan menarik bagi investor panasbumi, karena akan memperoleh IRR dibawah low return.
􀂙 SP5 adalah sistem perpajakan yang dapat memberikan hasil yang optimal bagi pengusaha panasbumi dari USA yang menggunakan tarif pajak sebesar 34%.
􀂙 Karena PLN membeli listrik panas-bumi dari pengusaha swasta asing dalam US$, sedangkan HPP dan TDL ditetapkan dalam Rupiah, maka daya beli PLN terhadap listrik panasbumi yang dihasilkan oleh pengusaha swasta asing sangat tergantung pada nilai tukar US$ terhadap Rupiah.

Saran
ô€‚™ Agar harga listrik dapat terjangkau oleh “rakyat banyak”, maka Pemerintah se-baiknya menetapkan IRR maksimum proyek panasbumi (dalam constant US$ costs), misalnya 17% untuk total project dan 15% untuk down-stream project.
ô€‚™ Untuk “menekan” harga listrik panas-bumi dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut :
􀂾 Menggunakan sumur produksi big hole yang meskipun lebih mahal dari sumur produksi konvensional, namun memiliki kemampuan produksi yang jauh lebih tinggi, sehingga dapat mengurangi jumlah sumur produksi,


Akmal, Firdaus dan Djuwarno, (2002), Peluang dan Tantangan Investasi Bisnis Pembangkitan Tenaga Lis-trik, Pertemuan Tahunan Penge-lolaan Energi Nasional, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Brigham, E.F. and Houston, J.F., (1998, Eight Edition): Fundamentals of Financial Management.
Clifton, David S. Jr. And Fiffe, David E., (1977): Project Feasibility Analysis, A Guide To Profitable New Ventures, A Wiley Interscience Publication, New York.
Danar, Agus (2003): "Model Keputusan Investasi dan Analisis Sensitivitas Proyek Panasbumi di Indonesia", Tesis Program Magister Mana-jemen, Universitas Borobudur, Jakarta.
Danar, Agus (2002): Upaya Mendorong Pengusahaan Sumber daya Panas-bumi Melalui Fasilitas Perpajakan, Asosiasi Panasbumi Indonesia, Jakarta.
Danar, Agus (2001): Evaluasi Keekonomian Proyek Panasbumi, Kursus Singkat, Pertemuan Ilmiah Tahunan V Asosiasi Panasbumi Indonesia, Yogyakarta.
Danar, Agus (1996): Peraturan Keuangan dan Perpajakan Panasbumi di Indonesia, Amoseas Indonesia Inc., Jakarta.
Danar, Agus; dan Pudyastuti, Kris (1995): Economic Evaluation of Geothermal Project Based on the Old and New Geothermal Tax Regulation, The 17th New Zealand Geothermal Workshop, University of Auckland, Auckland.
Danar, Agus dan Suryadi, Dicky, (1992), Evaluasi Keekonomian Total Proyek Panasbumi, Seminar Energi Nasional IV, Komite Nasional Indonesia – World Energy Council, Jakarta.
Danar, Agus, (1991), An Economic Comparison Between Conventional and Modular Geothermal Develop-ment Models, The 13th New Zealand Geothermal Workshop, University of Auckland, Auckland.
Danar, Agus (1984): Investment Decision Dalam Bidang Eksplorasi dan Pengembangan Minyak Bumi di Indonesia Berdasarkan Kontrak Production Sharing, Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi, Extension Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Electroconsult, (1992): Geothermal Steam Pricing Study Indonesia, Asian Development Bank, Manila.
Geothermal Energy New Zealand Ltd, (1988), Seminar Notes on Engineering Economics for Geothermal Projects, Jakarta.
Levy, H, and Samat, M, (1978), Capital Investment and Financial Decisions, Prentice Hall International, Inc.
Sudarman, Sayogi; and Danar, Agus (1992): Development of Geothermal Energy in Indonesia, PERTAMINA, Jakarta.
Takhyan, Iin A.; Yusgiantoro, Purnomo; and Danar, Agus, (1990): Economic Aspects of Geothermal Development in Indonesia, The 12th New Zealand Geothermal Workshop, University of Auckland, Auckland.
The World Bank and USAID; (1994): Submission and Evaluation of Proposals for Private Power Generation Projects in Developing Countries, The World Bank and USAID, Washington DC.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh soal jurnal, buku besar, neraca, dan laba rugi

Contoh Soal 1 : Karyanto membuka usaha kantor Akuntan dengan nama “Karyanto Akuntan” transaksi-transaksi selama bulan Maret adalah sebagai berikut : Maret 2             Karyanto menginvestasikan sebagai modal pertama :                         Uang tunai                                                                                 Rp. 1.750.000                          Peralatan kantor                                                                        Rp. 1.500.000                         Gedung kantor                                                                            Rp. 4.250.000 Maret 5            Dibeli tunai suplai kantor seharga                                             Rp.    200.000 Maret 8            Diterima Pendapatan jasa                                                           Rp. 1.450.000 Maret 10          Bibayar upah buruh                                                                     Rp.      30.000 Maret 15          Dite

MANAJEMEN KUALITAS

MANAJEMEN OPERASI MANAJEMEN K UALITAS                     KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia serta hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Manajemen Operasi.  Makalah ini membahas tentang “MANAJEMEN KUALITAS”.             Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen Manajemen Operasi kami, yaitu bapak Dr. H. Toto Susilo Rahardjo, SE., MT serta rekan-rekan yang telah membantu hingga tersusunnya makalah ini.                 Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. Semoga apa yang kami sampaikan dalam makal a h ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya

Menentukan Misi Perusahaan

MENENTUKAN MISI PERUSAHAAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt,Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Misi Perusahaan” .Yang ditujukan sebagai syarat dalam pembelajaran tugas mata kuliah Manajemen Strategik. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Terutama kepada Ibu Sri Rahayu Tri Astuti, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Strategik. Penulisan ini ditujukan sebagai bahan pembelajaran mata kuliah Manajemen Strategik, yang mana juga sebagai tugas bagi kami kelompok 1. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi kami selaku kelompok 1, dan bagi kita semua. Kami menyadari sepenuhnya makalah ini belumlah sempurna .Seperti kata  pepatah “Tiada gading yang tak retak” , oleh sebab itu ,kami mengharapkan kritik dan saran