BAB
I
PENGERTIAN
MANAJEMEN KUALITAS TERPADU
1.1 PENGANTAR
Setiap pelaku bisnis yang
ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian
penuh kepada kualitas. Perhatian penuh kepada kualitas akan memberikan dampak
positif kepada bisnis melalui dua cara, yaitu:
- Dampak
terhadap biaya produksi
Dampak terhadap biaya produksi terjadi
melalui proses pembuatan produk yang memiliki derajat konformansi (conformance)
yang tinggi terhadap standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan yang
mungkin. Dengan demikian proses produksi yang memperhatikan kualitas akan
menghasilkan produk berkualitas yang bebas dari kerusakan. Itu berarti
dihindarkan terjadinya pemborosan (waste) dan inefisiensi sehingga ongkos
produksi per unit akan menjadi rendah yang pada gilirannya akan membuat harga
produk menjadi lebih kompetitif.
- Dampak
terhadap pendapatan
Dampak terhadap peningkatan pendapatan
terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk berkualitas yang berharga
kompetitif. Produk-produk berkualitas yang dibuat melalui suatu proses yang
berkualitas akan memiliki sejumlah keistimewaan yang mampu meningkatkan
kepuasan konsumen atas penggunaan produk itu. Karena setiap konsumen pada
umumnya akan memaksimumkan utilitas dalam mengkonsumsi produk, jelas bahwa produk-produk
berkualitas tinggi pada tingkat harga yang kompetitif (karena ongkos produksi
per unit yang rendah) akan dipilih oleh konsumen. Hal ini akan meningkatkan
penjualan dari produk-produk itu yang berarti pula meningkatkan pangsa pasar
(market share) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan.
Dari hasil studi tentang
keberhasilan perusahaan-perusahaan industri kelas dunia yang berhasil
mengembangkan konsep kualitas dalam perusahaan, lahirlah apa yang disebut
sebagai Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management, TQM). Indonesia
sebagai Negara yang sedang berkembang yang menuju ke negara industri perlu
membangun system kualitas modern dan praktek manajemen kualitas terpadu di
berbagai bidang kehidupan sebagai “senjata” untuk memenangkan kompetisi dalam
pasar global.
1.2 PENGERTIAN
DASAR DARI KUALITAS
Kata kualitas memiliki
banyak definisi yang berbeda dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang
lebih strategik.
- Definisi
konvensional
Definisi konvensional dari kualitas niasanya
menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi
(performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ready to use),
estetika (esthetics) dan sebagainya.
- Definisi
strategik
Definisi strategik menyatakan bahwa kualitas
adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan
(meeting the needs of customers).
Keistimewaan atau
keunggulan produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Keistimewaan
ini tidak hanya terdiri dari karakteristik produk yang ditawarkan, tetapi juga
pelayanan yang menyertai produk itu, seperti: cara pemasaran, cara pembayaran,
ketepatan penyerahan dan lain-lain. Keistimewaan suatu produk dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
- Keistimewaan
langsung
Keistimewaan langsung berkaitan dengan
kepuasan pelanggan yang diperoleh secara langsung dalam mengkonsumsi produk
yang memiliki karakteristik unggul seperti produk tanpa cacat, keterandalan
(reliability) dan lain-lain.
- Keistimewaan
atraktif
Keistimewaan atraktif berkaitan dengan
kepuasan pelanggan yang diperoleh secara tidak langsung dengan mengkonsumsi
produk itu. Keistimewaan atraktif sering memberikan kepuasan yang lebih besar
kepada pelanggan dibandingkan dengan keistimewaan langsung. Contoh keistimewaan
atraktif, misalnya: bank yang buka pada hari minggu, pelayanan 24 jam tanpa
tambahan biaya, pembelian produk melalui telepon dan penyerahan di rumah dan
sebagainya. Keistimewaan atraktif dapat meningkatkan kepuasan pelanggan secara
cepat, meskipun untuk itu membutuhkan inovasi dan pengembangan secara
terus-menerus.
Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary),
kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang
menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau
diterapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) atau konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance
to the requirement).
Perlu dicatat sejak awal pengertian
produk seperti yang didefinisikan dalam ISO 8402, bahwa produk adalah hasil
dari aktivitas atau proses. Suatu produk dapat berbentuk (tangible) , tak
berbentuk (intangible) atau kombinasi keduanya.
Dengan demikian
tiga kategori produk dapat diidentifikasikan disini, yaitu:
- Barang (goods), misalnya: ban, cat, telepon, kabel
komputer dan lain-lain.
- Perangkat lunak (software), misalnya: program
komputer, laporan keuangan, prosedur atau instruksi dalam sistem kualitas
ISO 9000 dan lain-lain.
- Jasa (services), misalnya: perbankan, asuransi,
transportasi, pergudangan, pendidikan, pelatihan dan lain-lain.
Disamping pengertian kualitas seperti yang disebutkan diatas, kualitas juga
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan
upaya perubahan ke arah perbaikan terus-menerus sehingga dikenal istilah : Q-MATCH (Quality = Meets Agreed Terms
and Changes).
Berdasarkan definisi tentang kualitas baik yang konvensional maupun yang
lebih strategik, kita boleh menyatakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu
kepada pengertian pokok:
- Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk,
baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi
keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas
penggunaan produk itu.
- Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari
kekurangan atau kerusakan.
Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas di atas, tampak bahwa
kualitas selalu berfokus pada pelanggan (customer focused quality). Dengan
demikian produk-produk didesain, diproduksi serta pelayanan diberikan untuk
memenuhi keinginan pelanggan. Karena kualitas mengacu kepada segala sesuatu
yang menentukan kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat
dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat
dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik
dan benar.
1.3 DEFINISI MANAJEMEN
KUALITAS
Pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality Management) atau Manajemen
Kualitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu
cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous performance
improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap era fungsional
dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal
yang tersedia.
ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan Manajemen Kualitas sebagai
semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan
kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta
mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti :
- Perencanaan kualitas (quality planning)
Adalah penetapan
dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem
kualitas.
- Pengendalian kualitas (quality control)
Adalah
teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi
persyaratan kualitas.
- Jaminan kualitas (quality assurance)
Adalah
semua tindakan terencana dan sistematik yang diimplementasikan dan
didemonstrasikan guna memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan
memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu.
- Peningkatan kualitas (quality improvement)
Adalah
tindakan-tindakan yang diambil guna meningkatkan nilai produk untuk pelanggan
melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui
struktur organisasi.
Tanggung jawab
untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus
dikendalikan oleh manajemen puncak (top management) dan implementasinya harus
melibatkan semua anggota organisasi.
Meskipun
Manajemen Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada
dasarnya Manajemen Kualitas berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk
memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian Manajemen Kualitas berorientasi
pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok-pemasok
(supplier), dan para pelanggan (customers), di lingkungan perusahaan (coporate
environment). Hal ini berarti bahwa Manajemen Kualitas merupakan kemampuan atau
kapabilitas yang melekat dalam sumber daya manusia serta merupakan proses yang
dapat dikontrol dan bukan suatu kebetulan belaka.
Dr. Joseph M. Juran salah seorang
guru dalam manajemen kualitas, sangat terkenal dengan konsep trilogi kualitas,
yaitu: perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality
control) dan perbaikan atau peningkatan kualitas (quality improvement).
Pandangan Dr.
Juran tentang isu-isu utama lain yang berkaitan dengan manajemen kualitas
adalah:
- Siklus pengembangan produk seharusnya dipersingkat
melalui perencanaan partisipatif, rekayasa berbarengan dan pelatihan
kepada perencana dalam metode dan alat-alat manajemen kualitas.
- Hubungan dengan pemasok seharusnya diperbaiki.
Banyaknya pemasok seharusnya dikurangi. Suatu hubungan kerja sam
seharusnya ditetapkan berdasarkan rasa saling percaya. Lama kontrak
seharusnya diperpanjang sehingga bersifat hubungan jangka panjang.
- Pelatihan seharusnya berorientasi pada hasil dan
bukan berorientasi pada alat. Tujuan utama pelatihan seharusnya mengubah
perilaku karyawan, bukan sekedar melatih atau mendidik saja. Sebagai
contoh: pelatihan dalam peningkatan kualitas seharusnya didahului dengan
tugas dalam suatu proyek perbaikan. Misi pelatihan seharusnya membantu tim
menyelesaikan proyek itu.
1.4 APLIKASI KONSEP
KUALITAS BERDASARKAN PANDANGAN TRADISIONAL DAN MODERN
Secara tradisional, para pembuat produk biasanya melakukan inspeksi
terhadap produk setelah produk itu selesai dibuat dengan jalan menyortir produk
yang baik dari yang jelek, kemudian mengerjakan ulang bagian-bagian produk yang
cacat itu. Dengan demikian pengertian tradisional tentang konsep kualitas hanya
berfokus kepada aktivitas inspeksi untuk mencegah lolosnya produk-produk cacat
ke tangan pelanggan. Kegiatan inspeksi ini dipandang dari perspektif sistem
kualitas modern adalah sia-sia, karena tidak memberikan kontribusi pada
peningkatan kualitas (quality improvement).
Pada masa sekarang, pengertian dari konsep kualitas adalah lebih luas
daripada sekedar aktivitas inspeksi. Pengertian modern dari konsep kualitas
adalah membangun sistem kualitas modern. Pada dasarnya, sistem kualitas modern
dicirikan oleh lima karakteristik sebagai berikut:
·
Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan.
Produk-produk di disain sesuai dengan keinginan pelanggan melalui suatu
riset pasar, kemudian diproduksi dengan cara-cara yang bai dan benar sehingga
produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi disain, serta pada akhirnya
memberikan pelayanan purna jual kepada pelanggan.
Dalam sistem kualitas modern, praktek dari setiap departemen dalam
mengoptimumkan aktivitas operasionalnya tanpa mempedulikan kebutuhan dari
departemen lain dalam perusahaan tidak dapat diterima atau tidak dibenarkan.
Dalam sistem kualitas modern, setiap orang harus menggunakan konsep berpikir
sistem yang secara serius dan benar memperhatikan berlakunya prinsip hubungan
pemasok-pelanggan.
·
Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi
aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak (top management) dalam proses
peningkatan kualitas secara terus-menerus.
Jika tanggung jawab untuk kualitas di delegasikan kepada Departemen Jaminan
Kualitas saja. Setiap orang dalam perusahaan akan memiliki persepsi bahwa
kualitas bukan merupakan perhatian kunci. Hal ini berdampak negatif secara
psikologis, dimana keterlibatan secara total dan aktif dari orang-orang dalam
perusahaan menjadi kurang atau lemah. Dengan demikian, dalam sistem kualitas
modern, setiap orang dalam perusahaan harus terlibat aktif melalui usaha atau
dukungan dari manajemen puncak terhadap kualitas. Banyak pekerja ingin
melakukan pekerjaan dengan baik, ingin menghasilkan produk yang berkualitas,
ingin memberikan pelayanan yang berkualitas, dan ingin menjadi bangga terhadap
apa yang mereka kerjakan, tetapi ”irama” harus ditentukan oleh manajemen
sebagai pemimpin dalam perusahaan itu. Jika kualitas tidak termaksud dalam
agenda pihak manajemen, keadaan itu tidak akan memberikan motivasi kepada pekerja
untuk memberikan usaha dan perhatian kepada kualitas.
·
Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman
dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas.
Meskipun kualitas seharusnya merupakan tanggung jawab setiap orang, namun
patut pula diketahui bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab berbeda,
tergantung pada posisi kerjanya dalam perusahaan. Dengan demikian tanggung
jawab yang spesifik terhadap kualitas perlu diketahui oleh setiap orang dalam
posisi kerjanya. Contohnya: orang-orang yang bekerja dalam Pengembangan Produk
(Product Development) bertanggung jawab untuk merancang produk baru yang
memenuhi keinginan pelanggan dan secara konsisiten memperhatikan aspek
ekonomisnya agar dapat diproduksi oleh Bagian Produksi. Dalam contoh ini,
Bagian Produksi merupakan pelanggan dari Bagian Pengembangan Produk. Begitu
juga tanggung jawab Bagian Pembelian, tidak harus membeli material hanya
berdasarkan pada harga material itu saja atau hanya berdasarkan pada waktu
penyerahan saja, tetapi harus mempertimbangkan aspek-aspek kualitas yang lain.
Dalam sistem kualitas modern, manajemen puncak harus menunjukkan komitmen
melalui kata dan tindakan bahwa kualitas adalah teramat penting untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dr. W. Dekker, presiden dan
Chairman dari perusahaan Phillips, mengatakan: ”kualitas dari barang dan jasa
adalah teramat penting untuk kontinuitas perusahaan kami”.
·
Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas
yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upaya
untuk mendeteksi kerusakan saja.
Kualitas melalui inspeksi saja adalah tidak cukup dan hal itu terlalu
mahal. Meskipun tetap menjadi persyaratan untuk melakukan beberapa inspeksi
singkat atau audit terhadap produk akhir, tetapi usaha kualitas dari perusahaan
seharusnya lebih difokuskan pada tindakan pencegahan sebelum terjadinya
kerusakan dengan jalan melaksanakan aktivitas secara baik dan benar pada waktu
pertama kali mulai melaksanakan sesuatu aktivitas. Dengan melaksanakan prinsip
ini, usaha peningkatan kualitas akan mampu mengurangi ongkos produksi.
·
Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu
filosofi yang menganggap bahwa kualitas merupakan ”jalan hidup”.
Isu-isu tentang kualitas selalu didiskusikan dalam pertemuan manajemen.
Semua karyawan diberikan pelatihan (training) tentang konsep-konsep kualitas
beserta metodenya. Setiap orang dalam perusahaan secara sukarela berpartisipasi
dalam usaha-usaha peningkatan kualitas. Dengan demikian, sistem kualitas modern
dicirikan oleh adanya kultur perusahaan yang melaksanakan proses peningkatan
kualitas secara terus-menerus.
Pada dasarnya
sistem kualitas modern dapat dibagi menjadi tiga bagian:
- Kualitas disain
Pada
dasarnya mengacu kepada aktivitas yang menjamin bahwa produk baru, atau produk
yang dimodifikasi, di desain sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan dan
harapan pelanggan serta secara ekonomis layak untuk diproduksi atau dikerjakan.
Dengan demikian kualitas disain adalah kualitas yang direncanakan. Kualitas
disain itu menentukan spesifikasi produk dan merupakan dasar pembuatan
keputusan yang berkaitan dengan segmen pasar, spesifikasi penggunaan serta
pelayanan purna jual. Kualitas disain pada umumnya merupakan tanggung jawab
dari Bagian Riset dan Pengembangan (R&D), Rekayasa Proses (Process
Engineering), Riset Pasar (Market Research) dan bagian-bagian lain yang
berkaitan.
- Kualitas konformansi
Mengacu
kepada pembuatan produk atau pemberian jasa pelayanan yang memenuhi spesifikasi
yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap disain itu. Dengan demikian
kualitas konformansi menunjukkan tingkat sejauh mana produk yang dibuat
memenuhi atau sesuai dengan spesifikasi produk. Pada umumnya Bagian-Bagian
Produksi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pembelian dan Pengiriman memiliki
tanggung jawab utama untuk kualitas konformasi itu.
- Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual
Berkaitan
dengan tingkay sejauh mana dalam menggunakan produk itu memenuhi
ketentuan-ketentuan dasar tentang pemasaran, pemeliharaan dan pelayanan purna jual.
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa terdapat keterkaitan pengendalian kualitas di
antara bagian atau tahap yang satu dengan yang lainnya, yang dimulai sejak
adanya permintaan pasar akan suatu produk tertentu hingga berakhir pada
penggunaan produk itu oleh pelanggan. Menurut Organisasi Pengendalian Kualitas
Eropa (EOQC = the European Organization for Quality Control), sistem kualitas
modern merupakan suatu sistem aktivitas yang bertujuan memberikan jaminan dan
menunjukkan bukti bahwa aktivitas pengendalian kualitas secara total dalam
kenyataannya adalah efektif. Sistem kualitas modern meliputi evaluasi secara
kontinu tentang kecukupan dan efektifitas dari program pengendalian kualitas
terpadu (total quality control) dengan memberikan tindakan korektif apabila
diperlukan, Untuk produk tertentu yang bersifat spesifik, program pengendalian
kualitas terpadu meliputi pengujian, pemeriksaan dan evaluasi terhadap
faktor-faktor kualitas yang mempengaruhi spesifikasi, produksi, inspeksi dan
penggunaan produk itu.
Dari uraian
tentang sistem kualitas modern di atas diketahui bahwa pelaksanaan pengendalian
kualitas secara terpadu memerlukan beberapa hal yang berkaitan dengan
pengoperasian struktur kerja, pendokumentasian yang efektif, prosedur teknik
dan manajerial yang terintegrasi, dimana semuanya akan dijadikan sebagai
petunjuk dalam melaksanakan tindakan koordinasi terhadap tenaga kerja,
mesin-mesin, informasi dan lainnya untuk memenuhi kepuasan pelanggan serta
mampu menekan ongkos produksi sampai pada tingkat minimum.
BAB
II
MEKANISME
MEMAHAMI PELANGGAN
2.1
Peran Pelanggan.
Peran pelanggan sangat penting artinya
karena berhubungan dengan masa depan bisnis. Sedemikian pentingnya peran
pelanggan sehingga banyak pembahasan mengenai pelanggan menghasilkan berbagai
istilah, antara lain : customers is a king, consumer is dynamics, only
consumers can fire us all. Hal ini mendorong Robert S. Kaplan dan David
P. Norton ( 1996 ) memasukan perspektif “ pelanggan “ untuk mengukur kinerja
perusahaan. Berbeda dengan konsep pengukuran tradisional yang hanya
dilandaskan pada kesehatan laporan keuangan saja, Robert S. Kaplan dan David P.
Norton dalam bukunya “ Balance Scorecard “ mengatakan bahwa ukuran finansial
tidak cukup untuk menuntun dan mengevaluasi perjalanan perusahaan melalui
lingkungan yang kompetitif. Penggunaan konsep tradisional memunculkan lagging
indicator, dimana lagging indicator ini menyebabkan kita tidak mampu menangkap
nilai yang telah diciptakan atau dihancurkan oleh berbagai tindakan manajer
dalam periode akuntansi terakhir. Oleh karena itu Robert S. Kaplan dan
David P. Norton meninjau kesehatan dan kinerja perusahaan berdasarkan empat
perspektif, yaitu : perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Pendekatan baru ini menunjukan bahwa pelanggan merupakan faktor yang
sangat penting sehingga perusahaan harus selalu berusaha untuk memuaskan
pelanggan.
Menurut Philip Kotler ( 2000 ) dalam
bukunya Marketing Management, kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang merupakan hasil perbandingan dari persepsi kinerja produk
dan harapannya. Pelanggan tidak akan pernah merasa puas apabila pelanggan
masih mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi. Kepuasan
pelanggan sangat bergantung pada harapannya. Oleh karena itu strategi kepuasan
pelanggan harus didahului dengan pengetahuan yang detil dan akurat terhadap
pelanggan.
Satisfaction adalah kata dari bahasa
Latin yang terbentuk dari kata satis yang berarti enough atau cukup, dan facere
yang berarti to do atau melakukan. Jadi produk atau jasa yang bisa
memuaskan adalah produk atau jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari
oleh konsumen sampai pada tingkat cukup ( Tony Sitinjak dkk,2006). Sampai kini,
kepuasan pelanggan masih merupakan konsep yang sangat relevan. Apabila
pelanggan puas maka akan terjadi sesuatu yang lebih baik untuk bisnis dimasa
datang. Kotler menambahkan bahwa pelanggan akan membeli produk
dari perusahaan yang dimengerti pelanggan memiliki costomer delivered value
tertinggi. Customer delivered value adalah perbedaan antara total
customer value dan total costomer cost. Total customer value tersusun
atas product value, service value, personnel value, dan image value.
Total customer cost tersusun atas monetery cost, time cost, energy cost
dan psychic cost.
2.2
Faktor pendukung kepuasan pelanggan.
Secara umum terdapat lima driver utama kepuasan pelanggan, yaitu
kualitas produk, harga, kualitas (mutu) layanan ( service quality ), emotional
factor, dan kemudahan ( Tony Sitinjak dkk, 2004:5-7 )
1. Dimensi
Mutu Produk
Mutu produk merupakan driver kepuasan pelanggan yang pertama. Mutu produk adalah dimensi global yang terdiri dari 6 elemen, yaitu performance, durability, feature, reliability, consistency dan design.
Mutu produk merupakan driver kepuasan pelanggan yang pertama. Mutu produk adalah dimensi global yang terdiri dari 6 elemen, yaitu performance, durability, feature, reliability, consistency dan design.
Performance
Performance adalah dimensi yang paling dasar yang berhubungan dengan fungsi utama suatu produk. Konsumen akan sangat kecewa apabila harapan mereka terhadap dimensi ini tidak terpenuhi. Performance pada setiap produk berbeda-beda tergantung functional value yang dijanjikan perusahaan. Contohnya : untuk obat adalah kemanjuran, untuk makanan adalah rasa yang enak, untuk tape recorder adalah suara yang jernih, untuk sepeda motor adalah akselerasi, untuk mobil sedan adalah kenyaman dan lain lain.
Performance adalah dimensi yang paling dasar yang berhubungan dengan fungsi utama suatu produk. Konsumen akan sangat kecewa apabila harapan mereka terhadap dimensi ini tidak terpenuhi. Performance pada setiap produk berbeda-beda tergantung functional value yang dijanjikan perusahaan. Contohnya : untuk obat adalah kemanjuran, untuk makanan adalah rasa yang enak, untuk tape recorder adalah suara yang jernih, untuk sepeda motor adalah akselerasi, untuk mobil sedan adalah kenyaman dan lain lain.
Reliability
Reliability adalah dimensi kualitas produk yang kedua. Dimensi performance dan reliability secara sepintas tampak mirip tetapi memiliki perbedaan yang jelas. Reliability menunjukan probabilitas produk yang gagal menjalankan fungsinya. Produk pompa air dikatakan mempunyai performance yang baik apabila mampu bekerja sesuai dengan daya semprot yang dijanjikan, dan dikatakan memiliki reliability yang baik apabila tidak pernah ngadat selama digunakan.
Reliability adalah dimensi kualitas produk yang kedua. Dimensi performance dan reliability secara sepintas tampak mirip tetapi memiliki perbedaan yang jelas. Reliability menunjukan probabilitas produk yang gagal menjalankan fungsinya. Produk pompa air dikatakan mempunyai performance yang baik apabila mampu bekerja sesuai dengan daya semprot yang dijanjikan, dan dikatakan memiliki reliability yang baik apabila tidak pernah ngadat selama digunakan.
Feature
Feature dapat dikatakan sebagai aspek sekunder. Untuk berbagai produk elektronik, feature yang ditawarkan dapat dilihat pada menu yang terdapat di remote control. Karena perkembangan feature hampir tidak terbatas jalannya dengan perkembangan teknologi, maka feature menjadi target inovasi para produsen untuk memuaskan pelanggan
Feature dapat dikatakan sebagai aspek sekunder. Untuk berbagai produk elektronik, feature yang ditawarkan dapat dilihat pada menu yang terdapat di remote control. Karena perkembangan feature hampir tidak terbatas jalannya dengan perkembangan teknologi, maka feature menjadi target inovasi para produsen untuk memuaskan pelanggan
Durability
Durability atau keawetan menunjukan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara tehnis maupun waktu. Produk dikatakan awet kalau sudah berulang kali digunakan atau sudah lama sekali digunakan. Yang pertama adalah awet secara tehnis, dan yang kedua adalah awet secara waktu. Bagi konsumen awet secara waktu lebih mudah di mengerti karena sebagian besar produk yang menjanjikan keawetan dalam hal waktu. Tingkat kepentingan dimensi ini berbeda untu target pasar yang berbeda dan sangat mungkin terjadi pergeseran dari waktu ke waktu karena perubahan pasar dan persaingan.
Durability atau keawetan menunjukan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara tehnis maupun waktu. Produk dikatakan awet kalau sudah berulang kali digunakan atau sudah lama sekali digunakan. Yang pertama adalah awet secara tehnis, dan yang kedua adalah awet secara waktu. Bagi konsumen awet secara waktu lebih mudah di mengerti karena sebagian besar produk yang menjanjikan keawetan dalam hal waktu. Tingkat kepentingan dimensi ini berbeda untu target pasar yang berbeda dan sangat mungkin terjadi pergeseran dari waktu ke waktu karena perubahan pasar dan persaingan.
Consistency
Consistency menunjukan seberapa jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu. Produk yang memiliki consistency tinggi berarti sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Consistency menunjukan seberapa jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu. Produk yang memiliki consistency tinggi berarti sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Design
Dimensi design adalah dimensi yang unik dan banyak menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Dimensi design adalah dimensi yang unik dan banyak menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Masing masing dimensi mempengaruhi
konsumen dengan konstribusi yang berbeda beda tergantung jenis industri dan
produknya. Performance dan reliability pada umumnya dianggap penting,
tetapi sebagian perusahaan terutama pada merek merek yang mapan sudah melakukan
tugasnya dengan baik dalam hal memenuhi harapan pelanggan terhadap dimensi ini.
Feature, durability, consistency dan design memiliki ruang yang lebih
lebar bagi perusahaan untuk membangun keunggulan bersaing dalam perlombaan
dunia bisnis.
2.
Dimensi Harga
Untuk pelanggan yang sensitif, harga
yang murah biasanya adalah sumber kepuasan yang penting karena pelanggan akan
mendapatkan value for money yang tinggi. Komponen harga tidak penting
bagi mereka yang tidak sensitif terhadap harga.
3.Dimensi
Mutu
Mutu Pelayanan ( service quality
) sangat tergantung pada tiga hal, yaitu : sistem, teknologi, dan
manusia. Faktor manusia memegang konstribusi terbesar sehingga mutu
layanan lebih sulit ditiru dibandingkan dengan mutu produk dan harga.
Salah satu konsep mutu layanan yang populer adalah ServQual.
Berdasarkan konsep ini, mutu atau kualitas layanan diyakini memiliki lima dimensi, yaitu :
reliability, responsiveness, assurance,emphaty dan tangible.
Dengan mempertimbangkan bahwa service
tidak bisa dilihat, dicium, dan diraba, maka aspek tangible menjadi
penting sebagai ukuran pelayanan. Sebagai gambaran, pelanggan
memberikan penilaian yang baik apabila bengkel mobil dilengkapi dengan
peralatan canggih. Selain gedung dan peralatan, pelanggan akan menilai
tampilan fisik karyawannya. Dimensi ini umumnya lebih penting bagi
pelanggan baru
Reliability
Dimensi reliability adalah dimensi yang mengukur kehandalan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dibandingkan dengan empat dimensi kualitas pelayanan lainnya, dimensi ini dianggap paling penting dari berbagai industri jasa. Dimensi ini memiliki dua aspek, yaitu : kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan, dan seberapa jauh perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat.
Dimensi reliability adalah dimensi yang mengukur kehandalan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dibandingkan dengan empat dimensi kualitas pelayanan lainnya, dimensi ini dianggap paling penting dari berbagai industri jasa. Dimensi ini memiliki dua aspek, yaitu : kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan, dan seberapa jauh perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat.
Responsiveness
Dimensi responsivness adalah harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayaan yang tidak dapat dipastikan akan berubah sesuai kecenderungannya dari waktu ke waktu. Harga pada suatu waktu berbeda antara satu pelanggan dan pelanggan lainnya
Dimensi responsivness adalah harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayaan yang tidak dapat dipastikan akan berubah sesuai kecenderungannya dari waktu ke waktu. Harga pada suatu waktu berbeda antara satu pelanggan dan pelanggan lainnya
.
Assurance
Dimensi assurance adalah dimensi kualitas layanan yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku front-line staf dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada pelanggan. Berdasarkan riset, terdapat empat aspek dimensi ini yaitu ketrampilan, kompentensi, kredibilitas dan keamanan.
Assurance
Dimensi assurance adalah dimensi kualitas layanan yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku front-line staf dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada pelanggan. Berdasarkan riset, terdapat empat aspek dimensi ini yaitu ketrampilan, kompentensi, kredibilitas dan keamanan.
Emphaty
Dimensi emphaty dapat dijelaskan dengan gambaran bahwa pelanggan dari kelompok menengah atas mempunyai harapan yang tinggi agar perusahaan penyedia jasa mengenal mereka secara pribadi. Perusahaan harus tahu nama mereka, kebutuhan mereka secara spesifik, dan bila perlu mengetahui apa yang menjadi hobby dan karakter orangnya.
Dimensi emphaty dapat dijelaskan dengan gambaran bahwa pelanggan dari kelompok menengah atas mempunyai harapan yang tinggi agar perusahaan penyedia jasa mengenal mereka secara pribadi. Perusahaan harus tahu nama mereka, kebutuhan mereka secara spesifik, dan bila perlu mengetahui apa yang menjadi hobby dan karakter orangnya.
4.
Dimensi Emosional
Ketika konsumen melakukan pembelian
akan ditemukan banyak faktor emosional. Yang ditawarkan oleh merk yang
kuat seringkali adalah faktor emosional. Secara rasional, BMW adalah
mobil yang bagus, tetapi feeling pelanggan yang lebih mendorong mereka untuk
membeli mobil itu. Hal yang sama juga terjadi pada produk minuman Coca
Cola vs Pepsi. Dimensi emosional dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :
a. Estetika, berkaitan dengan bentuk
dan warna meliputi besar kecilnya produk,proporsi, dan kesimetrisan.
b. Self Expressive Value
Aspek self expressive value adalah
bentuk kepuasan yang terjadi karena lingkungan sosial dan sekitarnya.
Dalam dunia otomotif terdapat ungakapan you are what you drive.
Ungkapan ini timbul karena banyak orang memilih merk mobil berdasarkan
pertimbangan bagaimana orang lain akan melihat dia dengan mobil tersebut.
Selain mobil, produk kosmetik adalah produk yang kepuasannya banyak
dipengaruhi oleh keyakinan dan perasaan pengguna terhadap orang lain
disekitarnya..
c. Brand Personality
Aspek brand personality berkaitan
dengan karakter personal. Contohnya, produk rokok Star Mild yang ditujukan
bagi mereka yang muda. Mereka mempunyai karakter hidup dengan kebebasan
dan tidak menyukai norma norma yang konservatif.
5. Dimensi Kemudahan
Pelanggan akan semakin puas apabila merasa mudah, nyaman, dan efesien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. Pelanggan ( customers ) adalah semua orang yang menuntut kita ( perusahaan kita ) untuk memenuhi standar mutu tertentu, karenanya akan memberikan pengaruh kinerja kita ( perusahaan kita ).
Pelanggan akan semakin puas apabila merasa mudah, nyaman, dan efesien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. Pelanggan ( customers ) adalah semua orang yang menuntut kita ( perusahaan kita ) untuk memenuhi standar mutu tertentu, karenanya akan memberikan pengaruh kinerja kita ( perusahaan kita ).
Manajemen
Perusahaan seperti LL. Bean, Freefort dan Maine dalam Vincent Gasversz (
1997) memberikan beberapa definisi tentang pelanggan, yaitu :
- Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi
kitalah yang tergantung pada mereka;
- Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada
keinginannya;
- Tidak ada seorangpun pernah menang beradu argumentasi
dengan pelanggan;
- Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus
dipuaskan;
2.3 Jenis Jenis Pelanggan
1. Pelanggan Internal ( Internal Customers); adalah orang yang berada didalam organisasi ( perusahaan)dan memiliki pengaruh pada kinerja pekerjaan ( perusahaan kita).
2. Pelanggan antara ( intermediate custumer ) yaitu mereka yang bertindak/ berperan sebagai perantara, buka sebagai pemakai akhir prduk itu.
3. Pelanggan eksternal ( eksternal customer ), yaitu pembeli atau pemakai akhir produk itu, yang sering disebut sebagai pelanggan nyata ( real customers).
Prinsip Prinsip Kepuasan Pelanggan
- Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi
kitalah yang tergantung pada mereka;
- Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada
keinginannya;
- Tidak ada seorangpun pernah menang beradu argumentasi
dengan pelanggan;
- Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus
dipuaskan;
2.3 Jenis Jenis Pelanggan
1. Pelanggan Internal ( Internal Customers); adalah orang yang berada didalam organisasi ( perusahaan)dan memiliki pengaruh pada kinerja pekerjaan ( perusahaan kita).
2. Pelanggan antara ( intermediate custumer ) yaitu mereka yang bertindak/ berperan sebagai perantara, buka sebagai pemakai akhir prduk itu.
3. Pelanggan eksternal ( eksternal customer ), yaitu pembeli atau pemakai akhir produk itu, yang sering disebut sebagai pelanggan nyata ( real customers).
Prinsip Prinsip Kepuasan Pelanggan
Karena fokus dari mutu adalah mengenai
kepuasan pelanggan, maka perlu pula dipahami komponen komponen yang berhubungan
dengan kepuasan pelanggan tersebut.
Vincent Gasverz (2001 : 34 ) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Dengan demikian, apabila kepuasan pelanggan boleh dinyatakan sebagai suatu rasio atau perbandingan, maka kita dapat merumuskan persamaan kepuasan pelanggan sebagai berikut :
Vincent Gasverz (2001 : 34 ) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Dengan demikian, apabila kepuasan pelanggan boleh dinyatakan sebagai suatu rasio atau perbandingan, maka kita dapat merumuskan persamaan kepuasan pelanggan sebagai berikut :
Z = X/Y
dimana
:
Z adalah kepuasan pelanggan
X adalah mutu yang dirasakan oleh pelanggan, dan
Y adalah kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan
Z adalah kepuasan pelanggan
X adalah mutu yang dirasakan oleh pelanggan, dan
Y adalah kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan
Jika
pelanggan merasakan bahwa mutu dari produk melebihi kebutuhan, keinginan, dan
harapan mereka, maka kepuasan pelanggan akan menjadi tinggi, atau paling
sedikit bernilai lebih besar dari satu ( Z > 1 ); sedangkan pada sisi lain,
apabila pelanggan merasakan bahwa apabila mutu dari produk lebih rendah atau
lebih kecil daripada kebutuhan, keinginan dan harapan mereka, maka kepuasan
pelanggan akan lebih rendah atau bernilai lebih kecil dari satu ( Z < 1
). Karena kepuasan pelanggan sangat tergantung pada persepsi dan
ekspektasi mereka, kita sebagai pemasok produk perlu mengetahui beberapa faktor
yang mempengaruhi hal tersebut.
2.4
Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi pelanggan
1. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal hal yang dirasakan pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen/ pemasok produk ( perusahaan). Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginannya besar, harapan atau ekspektasi pelanggan juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
2. Pengalaman masa lalu ( terdahulu ) ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing pesaingnya.
1. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal hal yang dirasakan pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen/ pemasok produk ( perusahaan). Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginannya besar, harapan atau ekspektasi pelanggan juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
2. Pengalaman masa lalu ( terdahulu ) ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing pesaingnya.
3. Pengalaman dari
teman teman, di mana mereka akan menceriterakan mutu produk yang akan dibeli
oleh pelanggan itu. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi pelanggan terutama
pada produk produk yang dirasakan berisiko tinggi.
4. Komunikasi melalui
iklan dan pemasaran juga mempengaruhi persepsi pelanggan. Orang orang di
bagian penjualan dan periklanan seyogyanya tidak membuat kampanye yang
berlebihan melewati tingkat ekspektasi pelanggan. Kampanye yang
berlebihan dan secara aktual tidak mampu memenuhi ekspektasi pelanggan akan
mengakibatkan dampak negatif terhadap persepsi pelanggan tentang produk itu.
2.5
Proses Mengetahui Ekspektasi Pelanggan
a.
Karakteristik Produk yang diinginkan pelanggan
Pada umumnya pelanggan menginginkan
produk yang memiliki karakteristik lebih cepat ( faster) biasanya berkaitan
dengan waktu, lebih murah ( cheaper ) biasanya berkaitan dengan dimensi biaya,
dan lebih baik ( better ) berkaitan dengan dimensi kualitas.
b.
Tingkat performansi yang dibutuhkan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan
Ekspektasi
dasar pelanggan
merupakan tingkat terendah dalam model
hierarki ekspektasi pelanggan, mencakup tingkat performansi minimum yang selalu
diasumsikan ada( implisit ), sehingga apabila karakteristik produk ini hilang,
pelanggan akan selalu tidak puas.
Ekspektasi
tingkat kedua dari pelanggan
Mencakup spesifikasi dan kebutuhan
yang terdiri dari pilihan pilihan dan trade offs yang tersedia untuk dipilih
oleh pelanggan (eksplisit).
Ekspektasi
pelanggan pada tingkat tertinggi ( level 3, latent )
Merupakan nilai tambah dari
karakteristik dan features yang tidak diketahui sebelumnya oleh pelanggan (
ekspektasi tersembunyi ), sehingga apabila karakteristik ini ada pada produk
maka pelanggan akan sangat senang atau gembira.
c.
Kepentingan relatif ( urutan prioritas ) dari setiap karakteristik
setiap pelanggan memiliki urutan prioritas
dari karakteristik barang tertentu, misalnya
·
mobil dengan akselerasi cepat dan hemat dalam
penggunaan bahan bakar merupak karakteristik yang diinginkan pelanggan, namun
memiliki trade-offs diantara kedua karakteristik ini
·
restoran dengan pelayanan prima, makanan yang
enak, harga yang rendah merupakan karakteristik kualitas yang diinginkan
pelanggan, namun bertentangan satu sama lain
d.
Kepuasan pelanggan berdasarkan performansi sekarang.
Tingkat performansi ini membandingkan
antara harapan pelanggan dengan produk yang ditawarkan. Melalui tingkat
performansi ini berbagai strategi perbaikan kualitas dapat diambil guna
meningkatkan kepuasan pelanggan dalam mengkonsumsi produk.
Mekanisme
untuk memahami ekspektasi pelanggan
Pemahaman
tingkat 1
Pemahaman tingkat 1 merupakan
pemahaman terendah dari pemasok terhadap ekspektasi pelanggan yang dicirikan
oleh mode reaktif. Pendekatan ini hanya ditujukan untuk menampung keluhan dari
pelanggan kemudian baru dicari langkah penyelesainnya.
Pemahaman
tingkat 2
Merupakan pendekatan aktif yang berkomunikasi dengan pelanggan, tetapi
masih memandang ekspektasi pelanggan sebagai tujuan kedua bukan sasaran utama
yang ingin dipahami dan pendekatan ini sering kali hanya untuk menjawab pertanyaan
pertanyaan pelanggan atau menjual lebih banyak produk atau memperkenalkan
produk baru.contohnya adalah hotlines, helpdesks,networks, survai tidak
terstruktur, analisis data penjualan dan umpan balik dari wakil pelanggan.
Pemahaman
tingkat 3
Merupakan pendekatan proaktif dari
pemasok untuk mendengarkan ekspektasi pelanggan mencakup wawancara pribadi
dengan pelanggan, kelompok fokus dan survai yang didesain untuk menjaring
informasi pelanggan. Mekanisme tertinggi ini adalah mystery shopper, dimana
pihak pemasok menempatkan diri mereka dalam posisi pelanggan yang akan
menggunakan produk yang dihasilkan itu. Hal ini akan memungkinkan pemasok
bertindak berdasarkan titik pandang pelanggan mereka
BAB III
ALAT BANTU TQM
3.1 Benchmark
Benchmark
adalah proses membandingkan kinerja proses bisnis dan metrik termasuk biaya,
siklus waktu, produktivitas, atau kualitas yang lain secara luas dianggap
sebagai tolok ukur standar industri atau praktik terbaik. Pada dasarnya,
Benchmark menyediakan sebuah snapshot dari kinerja bisnis Anda dan membantu Anda
memahami di mana Anda berada dalam kaitannya dengan standar tertentu.
3.1.1
Popularitas dan manfaat dari Benchmark
Pada
tahun 2008, sebuah survei komprehensif pada pembandingan ditugaskan oleh
Pembandingan Global Network, jaringan pusat pembandingan yang mewakili 22
negara. Merespon
lebih dari 450 organisasi dari lebih 40 negara. Hasilnya menunjukkan bahwa:
1. Misi dan Visi Pernyataan dan Pelanggan (Client) Survei adalah
yang paling digunakan (oleh 77% dari organisasi) dari 20 perbaikan alat-alat,
diikuti dengan analisis SWOT (72%), dan Informal Pembandingan (68%). Pembandingan
kinerja digunakan oleh (49%) dan Best Practice Benchmarking oleh (39%).
2. Alat-alat yang mungkin untuk meningkatkan popularitas yang
paling selama tiga tahun ke depan adalah Kinerja Pembandingan, Informal
Benchmarking, SWOT, dan Best Practice Benchmarking. Lebih
dari 60% dari organisasi yang saat ini tidak menggunakan alat-alat ini
mengindikasikan bahwa mereka cenderung menggunakannya dalam tiga tahun ke
depan.
Berikut ini adalah contoh khas metodologi benchmark:
1. Mengidentifikasi area permasalahan Anda - Karena pembandingan
dapat diterapkan pada setiap proses bisnis atau fungsi, berbagai teknik
penelitian mungkin diperlukan. Mereka adalah: percakapan informal dengan para
pelanggan, karyawan, atau pemasok; eksplorasi teknik penelitian seperti
kelompok fokus; atau mendalam riset pemasaran, penelitian kuantitatif, survei,
kuesioner, analisis rekayasa ulang, proses pemetaan, kontrol kualitas laporan
varians, atau keuangan analisis
rasio. Sebelum memulai perbandingan dengan
organisasi lain adalah penting bahwa anda mengetahui fungsi organisasi sendiri,
proses; basis kinerja lapisan menyediakan sebuah titik terhadap upaya
peningkatan yang dapat diukur.
2. Identifikasi industri lain yang memiliki proses yang serupa -
Sebagai contoh jika seseorang tertarik dalam meningkatkan off tangan dalam
perawatan kecanduan dia akan mencoba untuk mengidentifikasi bidang-bidang lain
yang juga telah menyerahkan tantangan. Ini dapat mencakup kontrol lalu lintas udara,
telepon seluler beralih di antara menara, pemindahan pasien dari kamar operasi
untuk pemulihan.
3. Identifikasi
organisasi yang pemimpin di wilayah ini - Lihat yang terbaik dalam industri dan
di negara manapun. Konsultasikan pelanggan,
pemasok, analis keuangan, asosiasi perdagangan, dan majalah untuk menentukan
perusahaan mana yang patut dipelajari.
4. Survei perusahaan untuk mengukur dan praktek - Perusahaan
menargetkan proses bisnis yang spesifik menggunakan survei terperinci
langkah-langkah dan praktek yang digunakan untuk mengidentifikasi proses bisnis
alternatif dan perusahaan-perusahaan terkemuka. Survei biasanya bertopeng untuk
melindungi data rahasia oleh netral asosiasi dan konsultan.
5. Kunjungi "praktek terbaik" untuk mengidentifikasi
perusahaan-perusahaan terdepan - Perusahaan biasanya setuju untuk saling
bertukar informasi bermanfaat bagi semua pihak dalam kelompok pembandingan dan
berbagi hasil dalam kelompok.
6. Melaksanakan baru dan lebih baik praktek bisnis - Ambil
praktek terdepan dan mengembangkan rencana implementasi yang meliputi
identifikasi kesempatan-kesempatan khusus, pendanaan proyek dan menjual ide-ide
untuk organisasi untuk tujuan memperoleh nilai ditunjukkan dari proses
tersebut.
3.1.2 Biaya Benchmark
Benchmark adalah proses yang cukup
mahal, tetapi kebanyakan organisasi menemukan bahwa lebih dari membayar untuk
dirinya sendiri. Ada tiga jenis biaya
yaitu:
• Biaya Kunjungan - Ini termasuk kamar hotel, biaya perjalanan,
makanan, sebuah token hadiah, dan kehilangan waktu kerja.
• Biaya Waktu - Anggota tim pembandingan akan menginvestasikan
waktu dalam meneliti masalah, menemukan perusahaan yang luar biasa untuk
belajar, kunjungan, dan implementasi. Ini
akan membawa mereka pergi dari tugas rutin mereka untuk menjadi bagian dari
setiap hari, sehingga staf tambahan mungkin diperlukan.
• Biaya Benchmark Database- Organisasi yang melembagakan
pembandingan ke prosedur sehari-hari mereka merasa berguna untuk membuat dan
mengelola database praktik terbaik dan perusahaan yang terkait dengan setiap
praktik terbaik sekarang.
Biaya benchmark
secara substansial dapat dikurangi melalui internet memanfaatkan sumber daya
yang banyak bermunculan selama beberapa tahun terakhir. Ini bertujuan
untuk menangkap standar dan praktik terbaik dari organisasi-organisasi, sektor
bisnis dan negara-negara untuk membuat proses pembandingan lebih cepat dan
lebih murah.
3.1.3 Jenis Benchmark
• Process benchmarking - memulai perusahaan yang memfokuskan
pengamatan dan investigasi proses bisnis dengan tujuan untuk mengidentifikasi
dan mengamati praktek yang terbaik dari satu atau lebih patokan perusahaan.
Kegiatan analisis akan diperlukan di mana tujuannya adalah untuk membandingkan
biaya dan efisiensi; semakin diterapkan pada proses back-office di mana
outsourcing dapat menjadi pertimbangan.
• Financial
benchmarking - melakukan analisis keuangan dan membandingkan hasil dalam upaya
untuk menilai keseluruhan daya saing dan produktivitas.
• Benchmarking from an investor perspective memperluas
perspektif-pembandingan alam semesta untuk juga dibandingkan dengan perusahaan
rekan yang dapat dianggap sebagai peluang investasi alternatif dari perspektif
seorang investor.
• Performance benchmarking - inisiator memungkinkan perusahaan
untuk menilai posisi kompetitif mereka dengan membandingkan produk dan jasa
dengan orang-orang dari target perusahaan.
• Product benchmarking - proses merancang produk baru atau
upgrade ke yang sekarang. Proses
ini kadang-kadang dapat melibatkan reverse engineering yang mengambil selain
produk pesaing untuk menemukan kekuatan dan kelemahan.
• Strategic benchmarking - melibatkan mengamati bagaimana orang
lain bersaing. Jenis industri biasanya
tidak spesifik, artinya yang terbaik adalah melihat industri lain.
• Functional benchmarking - sebuah perusahaan akan memfokuskan
pembandingan pada satu fungsi dalam rangka meningkatkan pelaksanaan fungsi
tertentu. Fungsi kompleks seperti Sumber Daya Manusia, Keuangan dan Akuntansi
dan Teknologi Informasi dan Komunikasi tampaknya tidak akan secara langsung
dibandingkan efisiensi biaya dan syarat dan mungkin perlu dipisahkan ke dalam
proses untuk membuat perbandingan yang valid.
• Best-in-class
benchmarking - melibatkan mempelajari terkemuka pesaing atau perusahaan yang
terbaik melaksanakan fungsi tertentu.
• Operational benchmarking - merangkul segala sesuatu mulai
dari staf dan produktivitas ke kantor analisis aliran dan prosedur dilakukan.
3.2 Balanced Scorecard
Balanced
Scorecard (BSC) adalah sebuah alat manajemen kinerja strategis – berupa laporan
semi-standar yang terstruktur dan didukung oleh metode desain yang teruji
beserta alat-alat otomatisasi yang dapat digunakan oleh para manajer untuk
memantau pelaksanaan kegiatan oleh staf di dalam kendali mereka dan memonitor
konsekuensi yang timbul dari tindakan ini.
Pemikiran
Balanced Scorecard modern telah berkembang jauh sejak ide awal yang diusulkan
pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, termasuk alat-alat kinerja manajemen
modern. Balanced Scorecard secara
signifikan ditingkatkan menjadi lebih fleksibel (sesuai dengan jangkauan jenis
organisasi yang lebih luas) dan lebih efektif (metode desain juga telah
berevolusi yang membuatnya menjadi lebih mudah untuk dirancang dan digunakan).
Desain
dari Balanced Scorecard dalam garis besar adalah mengenai identifikasi sejumlah
kecil ukuran finansial dan non-finansial dengan menyertakan target yang akan
dituju, sehingga dilakukan review maka dimungkinkan untuk menentukan apakah
kinerja saat ini telah 'memenuhi harapan'. Idenya adalah, bahwa dengan
mengetahui hal tersebut maka manajer dapat menjadi lebih fokus untuk memantau
dan memperbaiki area kinerja yang menyimpang dari harapan, mereka dapat
didorong untuk memusatkan perhatian mereka pada daerah-daerah tersebut, dan
memicu perbaikan kinerja dalam bagian organisasi yang dipimpinnya.
Empat langkah proses desain Balanced Scorecard:
1. Menerjemahkan
visi ke dalam tujuan operasional;
2. Mengkomunikasikan
visi dan menghubungkannya dengan kinerja perorangan;
3. Perencanaan
bisnis; indeks pengaturan;
4. Umpan
balik dan pembelajaran, dan menyesuaikan strategi yang sesuai.
Langkah-langkah
di atas tidak hanya melampaui tugas sederhana untuk mengidentifikasi sejumlah
kecil keuangan dan non-ukuran finansial, tetapi juga menggambarkan apa saja
persyaratan untuk proses desain yang cocok digunakan dalam berpikir tentang
bagaimana Balanced Scorecard yang dihasilkan akan mengintegrasikan dengan
proses manajemen bisnis yang lebih luas.
3.2.1 Metode desain
Metode desain yang diusulkan oleh Kaplan & Norton didasarkan empat "perspektif" yaitu:
Metode desain yang diusulkan oleh Kaplan & Norton didasarkan empat "perspektif" yaitu:
*
Finansial/ Keuangan;
*
Pelanggan;
*
Bisnis internal;
*
Inovasi dan pembelajaran.
"Perspektif
finansial" mendorong identifikasi beberapa ukuran finansial tingkat tinggi
yang relevan. Secara khusus, desainer didorong untuk memilih tindakan yang
membantu menginformasikan jawaban atas pertanyaan "Bagaimana kita melihat
para pemegang saham?"
"Perspektif
pelanggan" mendorong identifikasi langkah-langkah yang menjawab pertanyaan
"Bagaimana pelanggan melihat kita?"
"Perspektif
bisnis internal" mendorong identifikasi langkah-langkah yang menjawab
pertanyaan "Apa yang harus kita unggulkan?"
"Perspektif
inovasi dan pembelajaran" mendorong identifikasi langkah-langkah yang
menjawab pertanyaan "Bisakah kita terus meningkatkan dan menciptakan
nilai?".
Tujuan akhir BSC adalah
tentang memilih ukuran dan target. Desain
berbagai metode yang diusulkan ini dimaksudkan untuk membantu dalam
identifikasi langkah-langkah ini dan target, biasanya melalui proses abstraksi
yang mempersempit ruang pencarian untuk ukuran (misalnya menemukan sebuah
ukuran untuk menginformasikan tentang suatu 'tujuan' dalam perspektif Customer,
bukan sekedar mencari ukuran untuk 'Pelanggan').
Software tools
Penting
untuk mengakui bahwa definisi Balanced Scorecard oleh bukan hal yang kompleks -
biasanya tidak lebih dari sekitar 20 ukuran tersebar di seluruh campuran
keuangan dan non-topik keuangan, dan mudah melaporkan secara manual (di atas
kertas, atau menggunakan perangkat lunak Office sederhana).
Proses
pengumpulan, pelaporan, dan mendistribusikan informasi Balanced Scorecard dapat
padat karya dan rentan terhadap masalah-masalah prosedural (misalnya, membuat
semua orang yang relevan untuk kembali informasi yang dibutuhkan oleh tanggal
yang diperlukan). Mekanisme yang paling sederhana untuk digunakan adalah untuk
mendelegasikan aktivitas ini kepada seorang individu, dan banyak Balanced
Scorecard dilaporkan melalui metode ad-hoc yang didasarkan pada email, telepon,
dan perangkat lunak perkantoran.
Dalam
organisasi yang lebih kompleks, di mana ada beberapa Balanced Scorecard untuk
melaporkan dan / atau kebutuhan untuk koordinasi hasil antara Balanced
Scorecard (misalnya, jika satu tingkat laporan Balanced Scorecard bergantung
pada informasi yang dikumpulkan dan dilaporkan di tingkat yang lebih rendah)
yang penggunaan
Balanced Scorecard individu wartawan yang bermasalah. Pada kondisi ini organisasi menggunakan Balanced Scorecard software
untuk mengotomatisasi pelaporan produksi dan distribusi laporan.
Sebuah
survei terbaru ditemukan bahwa kira-kira 1/3 dari organisasi menggunakan
perangkat lunak perkantoran untuk melaporkan Balanced Scorecard, 1/3
menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus dipesan lebih
dahulu untuk mereka gunakan sendiri, dan 1/3 menggunakan salah satu dari sekian
banyak paket komersial yang tersedia. Saat ini ada lebih dari 100 vendor
perangkat lunak yang cocok untuk Balanced Scorecard pelaporan (yaitu mendukung
pengumpulan data, pelaporan dan analisis)
3.3 Six Sigma
Six Sigma adalah
strategi manajemen bisnis awalnya dikembangkan oleh Motorola. Pada 2009 diaplikasikan secara luas di berbagai sektor
industri, meskipun aplikasi tersebut tidak tanpa kontroversi.
Six
Sigma bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses output dengan
mengidentifikasi dan menghapus penyebab cacat (kesalahan) dan meminimalkan
variabilitas di bidang manufaktur dan proses bisnis. Diwujudkan dengan
menggunakan seperangkat metode manajemen mutu, termasuk metode-metode
statistik, dan menciptakan infrastruktur khusus yaitu orang-orang
dalam organisasi ( "Black Belt", "Green Belt", dll) yang
ahli dalam metode ini. [2] Setiap proyek Six Sigma dilakukan dalam sebuah
organisasi yang ditetapkan berikut urutan langkah-langkah dan telah membuat
kalkulasi target. Target ini dapat berupa finansial (pengurangan biaya atau
kenaikan laba) atau apa pun yang penting bagi pelanggan dari proses (siklus
waktu, keamanan, pengiriman, dll).
3.3.1 Sekilas Sejarah
Six Sigma berasal
sebagai seperangkat praktek yang dirancang untuk meningkatkan proses manufaktur
dan menghilangkan cacat, namun aplikasinya telah diperpanjang untuk jenis
proses bisnis juga. Dalam Six Sigma, cacat didefinisikan sebagai proses output
yang tidak memenuhi spesifikasi pelanggan, atau proses yang dapat mengakibatkan
terciptanya output yang tidak memenuhi spesifikasi pelanggan.
Six Sigma sangat
terinspirasi oleh metodologi peningkatan mutu enam dekade sebelumnya seperti
pengendalian mutu, TQM, dan Zero Defects, didasarkan pada karya pionir seperti
Shewhart, Deming, Juran, Ishikawa, Taguchi dan lain-lain.
Seperti
pendahulunya, doktrin Six Sigma menegaskan bahwa:
*
Upaya berkelanjutan untuk mencapai hasil proses yang stabil dan dapat
diprediksi (yaitu proses mengurangi variasi) adalah sangat penting untuk
kesuksesan bisnis.
*
Manufaktur dan proses bisnis memiliki karakteristik yang dapat diukur,
dianalisis, diperbaiki dan dikendalikan.
*
Mencapai peningkatan kualitas yang
berkelanjutan memerlukan komitmen dari seluruh organisasi, terutama dari
manajemen tingkat atas.
Fitur yang
ditetapkan Six Sigma terpisah dari inisiatif peningkatan kualitas sebelumnya
meliputi:
*
Fokus yang jelas pada pencapaian diukur dan dihitung pengembalian keuangan dari
setiap proyek Six Sigma
*
Peningkatan penekanan pada manajemen yang kuat dan penuh gairah kepemimpinan
dan dukungan.
*
Prasarana khusus "Champions," "Master Black Belt,"
"Black Belt," dll untuk memimpin dan melaksanakan pendekatan Six
Sigma.
* Sebuah komitmen yang jelas untuk membuat
keputusan berdasarkan data diverifikasi, bukan asumsi dan dugaan.
Istilah "Six
Sigma" berasal dari bidang statistik yang dikenal sebagai studi kemampuan
proses. Awalnya, itu merujuk pada kemampuan proses manufaktur untuk
menghasilkan proporsi yang sangat tinggi output dalam spesifikasi. Proses yang
beroperasi dengan "kualitas six sigma" selama jangka pendek
diasumsikan untuk menghasilkan cacat jangka panjang tingkat di bawah 3,4 cacat
per sejuta kesempatan (DPMO). Tujuan
implisit Six Sigma adalah untuk meningkatkan semua proses ke tingkat kualitas
atau lebih baik.
Proyek Six Sigma
mengikuti dua proyek metodologi yang diilhami Plan-Do-Check-Act Cycle oleh
Deming. Metodologi ini, terdiri dari lima
fase masing-masing, yang disingkat DMAIC dan DMADV.
*
DMAIC digunakan untuk proyek-proyek yang bertujuan untuk meningkatkan proses
bisnis yang sudah ada.
*
DMADV digunakan untuk proyek-proyek yang bertujuan untuk menciptakan produk
baru atau proses desain.
3.3.2
DMAIC
DMAIC metodologi proyek yang memilikilima
tahap:
DMAIC metodologi proyek yang memiliki
* Tentukan masalah, suara pelanggan, dan tujuan
proyek secara spesifik.
*
Ukur aspek kunci dari proses saat ini dan mengumpulkan data yang relevan.
* Analisa data untuk menyelidiki dan
memverifikasi sebab-dan-efek hubungan. Tentukan apa hubungannya, dan berusaha
untuk memastikan bahwa semua faktor telah dipertimbangkan. Mencari akar
penyebab dari cacat yang sedang diselidiki.
*
Meningkatkan atau mengoptimalkan proses saat ini berdasarkan analisis data
menggunakan teknik seperti desain eksperimen, poka yoke atau kesalahan
pemeriksaan, dan standar kerja untuk membuat yang baru, proses keadaan masa
depan.
* Kontrol penetapan proses masa depan untuk
memastikan bahwa setiap penyimpangan telah dikoreksi sebelum mereka
mengakibatkan cacat. Sistem kontrol diimplementasikan seperti kontrol proses
statistik, produksi papan, dan visual tempat kerja dan proses secara
terus-menerus dipantau.
3.3.3
DMADV
Metodologi proyek DMADV, juga dikenal sebagai DFSS ( "Design For Six Sigma"), memilikilima fase:
Metodologi proyek DMADV, juga dikenal sebagai DFSS ( "Design For Six Sigma"), memiliki
* Tentukan tujuan desain yang konsisten dengan
tuntutan pelanggan dan strategi perusahaan.
*
Ukur dan mengidentifikasi CTQs (karakteristik yang Kritis Untuk Kualitas),
kapabilitas produk, kapabilitas proses produksi, dan risiko.
* Menganalisia untuk mengembangkan dan desain
alternatif, menciptakan sebuah desain tingkat tinggi dan mengevaluasi kemampuan
untuk memilih desain terbaik.
* Desain detail, mengoptimalkan rancangan, dan
merencanakan untuk desain verifikasi. Fase ini mungkin memerlukan simulasi.
* Verifikasi desain, menyiapkan pilot project,
melaksanakan proses produksi dan menyerahkannya ke pemilik proses.
3.3.4 Pelaksanaan peran
Salah satu kunci
inovasi Six Sigma melibatkan "professionalizing" fungsi-fungsi
manajemen mutu. Sebelum Six Sigma, manajemen kualitas dalam prakteknya sebagian
besar diturunkan ke lantai produksi dan untuk statistik dalam departemen
kualitas terpisah. Six Sigma meminjam terminologi peringkat seni bela diri
untuk mendefinisikan sebuah hierarki (dan jalur karier) yang melintasi semua
fungsi bisnis.
Six Sigma
mengidentifikasi beberapa peran kunci untuk keberhasilan pelaksanaan.
·
Eksekutif
Kepemimpinan termasuk CEO dan anggota lain dari manajemen puncak. Mereka
bertanggung jawab untuk menyiapkan sebuah visi untuk pelaksanaan Six Sigma.
Mereka juga memberdayakan peran lain pemegang dengan kebebasan dan sumber daya
untuk mengeksplorasi ide-ide baru untuk terobosan perbaikan.
·
Champions
bertanggung jawab atas pelaksanaan Six Sigma di seluruh perusahaan secara
terpadu. Kepemimpinan Eksekutif menarik mereka dari atas manajemen. Juara juga
bertindak sebagai mentor untuk Black Belts.
·
Master
Black Belt, diidentifikasi oleh juara, bertindak sebagai pelatih di-rumah di
Six Sigma. Mereka mencurahkan 100% waktu mereka untuk Six Sigma. Mereka
membantu juara dan panduan Black Belts dan Green Belts. Selain tugas statistik,
mereka menghabiskan waktu mereka untuk konsisten memastikan penerapan Six Sigma
di berbagai fungsi dan departemen.
·
Black
Belts beroperasi di bawah Master Black Belt Six Sigma untuk menerapkan
metodologi untuk proyek-proyek tertentu. Mereka mencurahkan 100% waktu mereka
untuk Six Sigma. Mereka terutama berfokus pada pelaksanaan proyek Six Sigma,
sedangkan Champions dan Master Black Belt fokus pada proyek mengidentifikasi /
fungsi untuk Six Sigma.
·
Green
Belts, para karyawan yang memakan waktu hingga implementasi Six Sigma bersama
dengan tanggung jawab pekerjaan mereka yang lain, beroperasi di bawah bimbingan
Black Belts.
·
Yellow
Belts, terlatih dalam penerapan dasar Six Sigma alat manajemen, bekerja dengan
Black Belt seluruh tahap proyek dan sering yang paling dekat dengan pekerjaan.
3.4 ISO
Organisasi Internasional untuk
Standardisasi adalah
badan penetap standar internasional yang terdiri dari
wakil-wakil dari badan standardisasi nasional setiap negara.
Pada awalnya, singkatan dari nama lembaga tersebut adalah IOS, bukan ISO.
Tetapi sekarang lebih sering memakai singkatan ISO, karena dalam bahasa Yunani
isos berarti sama (equal). Penggunaan ini dapat dilihat pada kata
isometrik atau isonomi.
Didirikan pada 23 Februari
1947, ISO menetapkan
standar-standar industrial dan komersial dunia. ISO, yang merupakan lembaga
nirlaba internasional, pada awalnya dibentuk untuk membuat dan memperkenalkan
standardisasi internasional untuk apa saja. Standar yang sudah kita kenal
antara lain standar jenis film fotografi, ukuran kartu telepon, kartu ATM Bank, ukuran dan
ketebalan kertas dan lainnya. Dalam menetapkan suatu standar tersebut mereka
mengundang wakil anggotanya dari 130 negara untuk duduk dalam Komite Teknis
(TC), Sub Komite (SC) dan Kelompok Kerja (WG).
Meski ISO adalah organisasi nonpemerintah, kemampuannya
untuk menetapkan standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan atau
standar nasional membuatnya lebih berpengaruh daripada kebanyakan organisasi
non-pemerintah lainnya, dan dalam prakteknya ISO menjadi konsorsium dengan
hubungan yang kuat dengan pihak-pihak pemerintah. Peserta ISO termasuk satu
badan standar nasional dari setiap negara dan perusahaan-perusahaan besar.
ISO
bekerja sama dengan Komisi
Elektroteknik Internasional (IEC) yang bertanggung jawab terhadap
standardisasi peralatan elektronik.
Penerapan ISO
di suatu perusahaan berguna untuk:
- Meningkatkan citra perusahaan
- Meningkatkan kinerja lingkungan
perusahaan
- Meningkatkan efisiensi kegiatan
- Memperbaiki manajemen organisasi
dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan
perbaikan (plan, do, check, act)
- Meningkatkan penataan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan
- Mengurangi risiko usaha
- Meningkatkan daya saing
- Meningkatkan komunikasi internal
dan hubungan baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan
- Mendapat kepercayaan
dari konsumen/mitra kerja/pemodal
BAB IV
PENGUKURAN
PERFORMANSI KUALITAS
Salah satu elemen penting dari manajemen kualitas terpadu (totali
quality management = TQM) adalah membuat keputusan berdasarkan data
(fakta), dan bukan berdasarkan pada opini. Data diperoleh melalui pengukuran
performansi kualitas.
Pengukuran kualitas paling sedikit akan memberikan dua
manfaat untuk pembuatan keputusan, yaitu:
Informasi tentang status performansi bisnis saat sekarang,
dan Identifikasi untuk perbaikan performansi bisnis itu.
4.1 Persyaratan
Kondisional dalam Pengukuran Kualitas
Beberapa kondisi yang diperlukan untuk mendukung pengukuran kualitas yang
sahih (valid) adalah:
1.
Pengukuran harus dimulai pada permulaan program.
2.
Pengukuran
kualitas dilakukan pada sistem secara keseluruhan.
Dimulai sejak adanya
gagasan uncuk membuat produk sampai masa berakhir penggunaan produk itu.
3.
Pengukuran
kualitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam proses itu.
Karena pengukuran kualitas berorientasi pada proses kerja,
seyogianya tanggung jawab dari pengukuran kualitas berada pada setiap individu
yang terlibat dalam proses kerja pada sistem itu.
4.
Pengukuran
seharusnya dapat memunculkan data, di mana
nantinya data itu dapat ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta,
diagram, tabel, hasil perhitungan statistik, dan lain-lain.
5. Pengukuran kualitas yang menghasilkan informasi -
informasi utama seharusnya dicatat tanpa distorsi, yang
berarti harus akurat.
6.
Perlu
adanya komitmen secara menyeluruh
untuk pengukuran performansi kualitas dan
perbaikannya.
7.
Program - program pengukuran dan perbaikan kualitas seharusnya dapat diuraikan dalam batas-batas yang jelas sehingga tidak
tumpang-tindih dengan program yang lain.
4.2 Pengukuran Performansi Kualitas pada Tiga Tingkat
Pengukuran
performansi kualitas dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu:
1.
Pengukuran
pada tingkat proses mengukur setiap aktivitas
dalam proses dan karakteristik input yang diserahkan oleh pemasok (supplier) yang mengendalikan
karakteristik output yang diinginkan. Contohnya adalah lama
waktu menjawab panggilan telepon, persentase material cacat yang diterima dari
pemasok, siklus waktu produk, banyaknya
inventori barang setengah jadi, dan lain-lain
2.
Pengukuran pada
tingkat output mengukur karakteristik output yang dihasilkan
dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik yang diinginkan pelanggan.
Contohnya adalah banyaknya unit produk yang tidak memenuhi spesifikasi tertentu
yang ditetapkan (banyak produk cacat), kualitas dari produk yang dihasilkan,
dan lain-lain.
3.
Pengukuran
pada tingkat outcome, mengukur bagaimana
baiknya suatu produk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Contohnya
adalah banyaknya keluhan pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang
dikembalikan oleh pelanggan, tingkat ketepatan waktu penyerahan produk sesuai
dengan waktu yang dijanjikan, dan lain-lain
4.3 Aspek-Aspek Yang
Perlu Diukur dalam Program Pengukuran Kualitas
Dalam melaksanakan
pengukuran performansi kualitas, pada dasarnya kita harus memperhatikan aspek
internal dan aspek eksternal dari suatu organisasi. Dalam organisasi bisnis,
aspek internal dapat berupa tingkat kecacatan produk, biaya-biaya karena
kualitas jelek (non-quality costs) seperti pekerjaan ulang, cacat, dan
lain-lain, sedangkan aspek eksternal dapat berupa kepuasan pelanggan, pangsa
pasar (market share), dan lain-lain.
Riset kepuasan
pelanggan sebagai suatu alat untuk menjaring informasi tentang keinginan
pelanggan, harus dirancang mengikuti beberapa prinsip dasar berikut :
1.
Riset
harus berfokus pada harapan pelanggan yang
berkaitan dengan kualitas dan jenis produk yang diinginkan oleh pelanggan
2.
Riset
harus berfokus pada kualitas dari produk
3.
Seluruh
karyawan harus dilibatkan dalam mengembangkan
ukuran-ukuran kepuasan pelanggan
4.
Data kualitatif dan kuantitatif
harus dikumpulkan.
5.
Pertanyaan-pertanyaan dalam survai
atau wawancara harus spesifik serta ber-sifat mudah untuk mengumpulkan dan mencatat data
itu.
6.
Instrumen riset harus dirancang sedemikian rupa
sehingga manajemen dan/atau karyawan dapat mengambil tindakan berdasarkan hasil
dari riset itu.
7. Penghargaan atau sistem insentif terhadap perubahan positif yang didasarkan pada hasil-hasil
dari survai harus konkret dan cukup berharga/bernilai.
Pengukuran yang akan dilakukan seharusnya mempertimbangkan setiap aspek
dari proses operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai
kualitas. Pada umumnya atribut yang dipertimbangkan dalam peng-ukuran kualitas
adalah sebagai berikut:
- Kualitas produk, yang mencakup
performance,features,reliability,serviceability,
konformasi,durability,estetika, kualitas yang dirasakan.
- Dukungan
purna-jual terutama yang berkaitan dengan waktu penyerahan dan
bantuan yang diberikan, mencakup beberapa hal berikut:
a. Kecepatan penyerahan, berkaitan
dengan lamanya waktu antara memesan
produk dan waktu penyerahan produk itu.
b. Konsistensi, berkaitan
dengan kemampuan memenuhi jadwal yang dijanjikan.
c. Tingkat pemenuhan
pesanan, berkaitan dengan kelengkapan dari pesanan-pesanan
yang dikirim.
yang dikirim.
d. Informasi, berkaitan
dengan status pesanan.
e. Tanggapan dalam
keadaan darurat, berkaitan dengan kemampuan menangani
permintaan-permintaan nonstandar yang bersifat tiba-tiba.
permintaan-permintaan nonstandar yang bersifat tiba-tiba.
f. Kebijaksanaan pengembalian, berkaitan
dengan prosedur menangani barang-
barang rusak yang dikembalikan pelanggan.
barang rusak yang dikembalikan pelanggan.
3. Interaksiantara karyawan (pekerja) dan
pelanggan, mencakup:
a. Ketepatan waktu, berkaitan
dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap
keperluan-keperluan pelanggan.
keperluan-keperluan pelanggan.
b. Penampilan
karyawan, berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam ber pakaian.
c. Kesopanan
dan tanggapan terhadap keluhan-keluhan, berkaitan dengan bantuan
yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan.
yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan.
4.5 Pengukuran
Performansi Kualitas dalam Empat Dimensi
Dalam sistem kualitas modern, kelompok yang harus dipuaskan
adalah pelanggan (customer), pemegang saham (shareholder), pekerja
(employee), dan masyarakat (community). Dengan demikian pengukuran performansi kualitas dapat dilakukan
dalam empat dimensi, seperti ditunjukkan dalam tabel.
Kelompok
|
Siapa yang Dihubungi
|
Ukuran-ukuran Kunci
|
Ø
Pelanggan
|
Ø
Pelanggan
|
Ø
Kepuasan pelanggan
Ø
Karakteristik output yang diinginkan
oleh pelanggan
|
Ø
Pemegang Saham
|
Ø Pemilik perusahaan
Ø
Pimpinan perusahaan
|
Ø
Indikator keuangan : biaya,
penjualan,keuntungan, dll.
Ø
Sasaran dan tujuan yang didefinisikan
oleh manajemen
|
Ø
Karyawan/Pekerja
|
Ø
Karyawan/Pekerja
|
Ø
Kepuasan karyawan
Ø
Faktor-faktor yang berkontribusi pada
kepuasan
kerja
|
Ø
Masyarakat
|
Ø
Pemerintah
Ø
Lembaga Pelayanan Sosial
Ø
Kelompok Profesional
Ø
Kelompok Media
Ø
Kelompok Akademik
|
Ø
Kesesuaian pada peraturan-peraturan
yang ada
Ø
Faktor-faktor yang berdampak pada masyarakat
|
4.6 Langkah-Langkah
dalam Riset Kepuasan Pelanggan
Riset kepuasan
pelanggan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui
wawancara langsung, surat ,
telepon, dan lain-lain. Pilihan terhadap instrumen pendekatan ini sangat
tergantung pada berbagai pertimbangan, sebagai berikut:
1.
Kebutuhan untuk memperoleh data dari segmen yang berbeda
dalam populasi.
2. Lingkupan atau
cakupan geografi.
3. Kebutuhan untuk
mengetahui identitas responden sebagai referensi di masa yang akan datang.
4. Kompleksitas dari
informasi yang dibutuhkan.
5. Banyaknya tenaga
bantuan sebagai pewawancara yang tersedia.
6. Kuantitas dari
informasi yang diperlukan.
7. Kecepatan untuk memperoleh
data.
8. Dana yang tersedia
untuk pengumpulan data.
9. Preferensi personal
dari pewawancara atau peneliti.
Pada dasarnya proses
riset kepuasan pelanggan akan mengikuti beberapa langkah berikut:
1.
Definisikan masalah manajemen
kualitas yang dihadapi, mencakup pengembangan atau pencarian solusi awal, yang
kemudian dapat diuji melaiui riset itu.
- Menetapkan sasaran atau
tujuan dari riset itu
- Mencari data sekunder
5.
Melaksanakan riset
eksplorasi, hasil-hasil riset
pendahuluan yang pada umumnya bersifat kualitatif itu dapat dipergunakan
sebagai landasan atau pertimbangan da-lam memperjelas atau mempertajam isu-isu
utama yang akan diteliti dalam riset kepuasan pelanggan itu.
6. Merencanakan strategi pengumpulan data primer, bagaimana data
seharusnya dikumpulkan, siapa yang menjadi responden dan ukuran contoh
berkaitan de-ngan banyaknya responden yang diteliti atau diamati.
- Merancang instrumen riset
kepuasan pelanggan,
- Melaksanakan pengumpulan data
primer
- Proses dan analisis data
10. Interpretasi dan implementasi hasil riset, menarik kesimpulan dan membuat
rekomendasi yang berkaitan dengan isu-isu manajemen kualitas uncuk
implementasi. Hal ini merupakan awal dari proses perbaikan kualitas dalam
rangka meningkatkan kepuasan pelanggan
4.7 Perbaikan Kualitas Melalui Kaizen
Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa Jepang yang dapat
diartikan sebagai perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement). Kaizen pada dasarnya merupakan suatu
kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi yang bertujuan untuk
melaksanakan perbaikan secara terus-menerus. Semangat kaizen berlandaskan pada pandangan berikut:
1.
Hari ini harus lebih baik daripada kemarin, dan hari esok
harus lebih baik daripada hari ini
2. Tidak boleh ada satu
hari pun yang lewat tanpa perbaikan/peningkatan
3. Masalah yang timbul
merupakan suatu kesempatan untuk melaksanakan perbaikan/ peningkatan
4. Menghargai adanya
perbaikan/peningkatan meskipun kecil
5. Perbaikan/peningkatan
tidak harus memerlukan investasi yang besar
Dalam melaksanakan kaizen, kita dapat menggunakan
panduan bertanya 5W-1H, sebagai berikut:
WHO (SIAPA)?
1. Siapa yang akan
melaksanakan kaizen?
2.
Siapa yang sedang melaksanakan kaizen?
3.
Siapa yang seharusnya melaksanakan kaizen?
4.
Siapa lagi yang dapat melaksanakan kaizen?
5.
Siapa lagi yang seharusnya melaksanakan kaizen?
WHAT (APA)?
1.
Apa yang harus dilaksanakan untuk kaizen?
2.
Apa yang sedang dilaksanakan dalam kaizen?
3.
Apa yang seharusnya dilaksanakan demi kaizen?
4.
Apa lagi yang dapat dilaksanakan dalam kaizen?
5.
Apa lagi yang seharusnya dilaksanakan dalam kaizen?
WHERE(DIMANA)?
1.
Di mana akan dilaksanakan kaizen?
2.
Di mana sedang dilaksanakan kaizen?
3.
Di mana seharusnya dilaksanakan kaizen?
4.
Di mana lagi dapat dilaksanakan kaizen?
5.
Di mana lagi seharusnya dilaksanakan kaizen?
WHEN (KAPAN/BILAMANA)?
1.
Kapan akan melaksanakan kaizen?
2.
Kapan seharusnya melaksanakan kaizen?
3.
Kapan lagi dapat dilaksanakan kaizen?
4.
Kapan lagi seharusnya dilaksanakan kaizen?
WHY(MENGAPA)?
1.
Mengapa melaksanakan kaizen?
2.
Mengapa melaksanakan kaizen
di sana ?
3. Mengapa melaksanakan kaizen pada saat itu?
4. Mengapa melaksanakan kaizen dengan cara itu?
HOW (BAGAIMANA)?
1.
Bagaimana akan melaksanakan kaizen?
2.
Bagaimana seharusnya melaksanakan kaizen?
3. Dapatkah metode yang
sama dipergunakan untuk bidang lain?
4. Adakah cara lain yang
lebih mudah dan murah untuk melaksanakan kaizen?
4.8 Langkah-Langkah
Program Perbaikan Kualitas
Program perbaikan
kualitas dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:
1.
Memilih dan menetapkan program perbaikan kualitas.
2. Mengemukakan alasan
mengapa memilih program itu.
3.
Melakukan analisis situasi melalui pengamatan situasional.
4. Melakukan pengumpulan
data selama beberapa waktu.
5. Melakukan analisis
data.
6. Menetapkan rencana
perbaikan melalui penetapan sasaran perbaikan kualitas.
7. Melaksanakan program
perbaikan selama waktu tertentu.
8. Melakukan studi
penilaian terhadap program perbaikan kualitas itu.
9- Mengambil tindakan korektif atas penyimpangan yang terjadi atau
standardisasi terhadap aktivitas yang sesuai.
4.9 Strategi Reduksi
Biaya
Dr. Edwards W Deming, seorang guru manajemen kualitas dari Amerika
Serikat, mengemukakan suatu reaksi berantai yang dikenal sebagai Reaksi Rantai
Deming (Deming's chain reaction), seperti ditunjukkan dalam Gambar
PERBAIKAN KUALITAS
↓
REDUKSI BIAYA
↓
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
↓
HARGA KOMPETITIF
↓
PERLUASAN PASAR
↓
TETAP DALAM BISNIS
↓
PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA
↓
PENINGKATAN ROI (RETURN ON INVESTMENT)
Strategi
Reduksi Biaya antara Industri Tradisional dan Modern
Deskripsi
|
Industri
Tradisional
|
Industri Modern
|
|
(Kelas Lokal)
|
(Kelas Dunia)
|
Tujuan
|
Penghematan
|
Kompetitif/Strategis
|
Konsep
|
Bagian dari Harga
|
Keuntungan
Potensial
|
Tanggung Jawab
|
Bagian
Keuangan/Akuntansi
|
Semua
Karyawan/Pekerja
|
Waklu
|
Periodik/Siklis
|
Kontinu/Terus-Menerus
|
Aplikasi
|
Biaya Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Lain
|
Semua Biaya Dalam Sistem Operasi (Desain-Produksi-Pemasaran)
|
Fokus
|
Kelebihan di atas Budget/Anggaran
|
Pemborosan [Waste) dan Biaya Kualitas
|
Pengetahuan Operasi
|
Rendah
|
Sangat Tinggi
|
Kesadaran Akan
Kualitas
|
. Rendah
|
Prioritas Tinggi
|
Terdapat perbedaan mendasar antara perusahaan-perusahaan
Jepang yang menganut filosofi manajemen kualitas berdasarkan pendekatan Deming
Perbedaan antara
Perusahaan Standar dan Perusahaan Deming
No.
|
Perusahaan Standar
|
No.
|
Perusahaan Deming
|
1.
|
Kualitas adalah
mahal.
|
1.
|
Kualitas akan membawa ke biaya yang lebih rendah.
|
2.
|
Inspeksi adalah
kunci menuju ke kualitas.
|
2.
|
Inspeksi adalah tindakan yang
terlambat. Jika pekerja dapat memproduksi
produk bebas cacat {defect-free products). maka hilangkan inspeksi.
|
3.
|
Ahli-ahli
pengendalian kualitas dan
inspektur
menjamin kualitas.
|
3.
|
Kualitas
dibuat dalam ruang
pemimpin (boardroom) melalui penetapan sasaran dan tujuan kualitas.
|
4.
|
Kerusakan atau
kecacatan produk disebabkan oleh pekerja-pekerja.
|
4.
|
Kerusakan atau kecacatan produk sekitar 85% disebabkan oleh kelemahan sistem, sedangkan yang
disebabkan oleh pekerja hanya sekitar 15%.
|
No.
|
Perusahaan Standar
|
No. Perusahaan Deming
|
5.
|
Proses manufakturing dapat
dioptimumkan dengan
|
5. Proses dapat selalu ditingkatkan melalui
per-
|
|
menggunakan
konsultan atau ahli dari luar. Tanpa perubahan dalam sistem setelah itu. Tanpa input dari
pekerja-pekerja.
|
baikan sistem dan bantuan pekerja-pekerja.
|
6.
|
Penggunaan standar-standar kerja, kuota produksi.
|
6. Hilangkan semua
standar-standar kerja dan
|
|
dan sasaran-sasaran dapat
meningkatkan produk-
|
kuota produksi
apabila perlu. dan lakukan per-
|
|
tivitas.
|
baikan
terus-menerus untuk meningkatkan kualitas produk melewati
standar-standar kerja yang ada.
|
7.
|
Hukuman dan pemberian
penghargaan adalah
|
7. Ketakutan dari pekerja untuk
menerima hukum-
|
|
cara-cara tepat
untuk memotivasi pekerja.
|
an akan berujung
pada malapetaka.
|
8
|
Orang-orang dalam perusahaan dapat diperlakukan
|
8. Orang-orang dalam perusahaan harus dibuat
|
|
seperti
komoditi. menggunakan mereka apabila
|
merasa lebih aman
dalam pekerjaan atau ja-
|
|
diperlukan, dan tidak mempedulikan
mereka apabila dirasa kurang dibutuhkan.
|
batan mereka
|
g
|
Pemberian penghargaan kepada orang yang ber-
|
9. Kebanyakan variasi
yang menyebabkan ke-
|
|
prestasi terbaik dan hukuman kepada orang yang
|
gagalan produk
disebabkan oleh sistem, se-
|
|
berprestasi terburuk akan bermuara
pada produk-
|
hingga sistem pemberian penghargaan
atau
|
|
tivitas dan kreativitas yang lebih besar.
|
hukuman kepada individu-individu akan
merusak kerja sama (teamwork) dan perusahaan.
|
10
|
Membeli material dari pemasok berdasarkan per-
|
10. Membeli material dari pemasok berdasarkan
|
|
timbangan harga terrendah.
|
komitmen pemasok terhadap perbaikan kualitas.
|
11.
|
Memperbandingkan pemasok yang satu dengan yang lain.
|
11. Bekerja sama dengan pemasok.
|
12.
|
Mengganti pemasok sesering mungkin
berdasarkan
|
12 Menyediakan waktu dan pengetahuan
untuk
|
|
pertimbangan harga material yang lebih
murah
|
membantu pemasoK dalam meningkatkan
kuali-tas
dan menurunkan biaya. Mengembangkan hubungan jangka panjang dengan pemasok-pemasok material.
|
13.
|
Keuntungan dibuat melalui meningkatkan penenma-
|
13 Keuntungan dibangkitkan
dengan menciptakan
|
|
an total dan penurunan biaya total.
|
loyalitas
pelanggan.
|
14.
|
Keuntungan adalah
indikator terpenting dari per-
|
14 Menjalankan perusahaan melalui
keuntungan
|
|
usahaan.
|
saja adalah seperti mengendarai mobil
dengan hanya melihat pada kaca spion, karena hanya menunjukkan di mana
perusahaan itu telah berada.
bukan ke mana perusahaan itu akan menuju.
|
Keunggulan dari manajemen industri Jepang dalam menciptakan
perusahaan-perusahaan Deming di Jepang telah menyebabkan perusahaan-perusahaan
Jepang jauh mengungguli perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang pada umumnya
menciptakan perusahaan-perusahaan standar.
4.10 Konsep Pemborosan (Waste)
Pemborosan (waste) adalah segala aktivitas dalam proses kerja yang tidak
memberikan nilai tambah bagi produk.
Sumber-sumber pemborosan dalam suatu sistem industn manufaktur adalah sebagai berikut:
1. Pemborosan pada Input:
^ Kelebihan persediaan (overstocking)
^ Material-material yang tidak terpakai (cacat,
usang) dll
2. Pemborosan
pada Proses:
^ Scrap dan pekerjaan ulang
^ Proses yang tidak efisien
^ Proses yang kuno/usang
^ Proses tidak andal dll
3. Pemborosan pada Output:
^ Kelebihan produksi yang tidak terjual (overproduction)
^ Produk cacat
^ Produk usang/ketinggalan mode dll
Dalam sistem industri paling sedikit dikenal adanya tujuh
sumber pemborosan (waste), yaitu:
1.
Pemborosan dari kelebihan produksi.
2. Pemborosan dari waktu
menunggu.
3. Pemborosan dari
transportasi dalam pabrik.
4. Pemborosan dari
inventori.
5. Pemborosan dari
pergerakan (motion).
6. Pemborosan dari
pembuatan produk cacat.
7. Pemborosan
dari proses itu sendiri (apabila produk itu tidak seharusnya dibuat atau proses
itu tidak seharusnya digunakan).
4.11 Konsep Biaya Kualitas
Pada dasarnya biaya
kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat jenis, yaitu:
- Biaya Kegagalan Internal (Internal
Failure Costs, yaitu biaya-biaya yang ber hubungan dengan kesalahan dan
nonkonformansi (errors and nonconformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk itu ke
pelanggan.
- Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Costs),
yaitu biaya-biaya yang ber hubungan dengan kesalahan dan nonkonformansi (errors
and nonconformance) yang ditemukan setelah produk itu diserahkan ke pelanggan.
- Biaya Penilaian (Appraisal Costs),
yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan Biaya Penilaian (Appraisal
Costs), yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan penentuan derajat
konformansi terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang ditetapkan.
- Biaya Pencegahan (Prevention Costs),
yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan upaya pencegahan kegagalan
internal maupun eksternal, sehingga memini mumkan biaya kegagalan internal
dan biaya kegagalan eksternal
Pengendalian kualitas dikatakan efektif dan efisien apabila
biaya total kegagalan internal maupun biaya total kegagalan eksternal terus
menurun, sehingga biaya total kualitas juga terus menurun. Dalam indikator
rasio, kemajuan pengendalian kualitas perusahaan akan tampak melalui:
1.
Rasio biaya total kualitas terhadap harga pokok penjualan
(biaya kualitas total / harga pokok penjualan) yang terus-menerus semakin
kecil.
2.
Rasio biaya kualitas total terhadap penjualan total (biaya
kualitas total / penjualan total) yang terus-menerus semakin kecil.
Apabila suatu perusahaan dengan komitmen yang tinggi dari manajemen secara
simultan berhasil mengurangi pemborosan (waste) terus-menerus sehingga
biaya kualitas total semakin menurun, dan juga berhasil meningkatkan kepuasan
pelanggan terus-menerus, maka dalam perjalanan waktu perusahaan itu akan menghasilkan
keuntungan yang semakin tinggi, karena penerimaan total (total revenue) akan
semakin meningkat sedangkan biaya total (total cost) akan semakin
menurun.
Di samping itu komitmen manajemen untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan secara terus-menerus akan meningkatkan penerimaan total terus-menerus
melalui loyalitas pelanggan terhadap produk. Pada akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan perusahaan melalui penambahan keuntungan terus-menerus, karena
selisih antara penerimaan total (total revenue) dan biaya total (totai
cost) akan semakin besar dari waktu ke waktu.
BAB
V
PENERAPAN
KONSEP TQM
5.1
Konsep Aplikasi Total Quality Marketing
TQM dapat
diterapkan pada semua fungsi pemasaran dari setiap operasional bisnis. Hal ini
perlu ditegaskan, karena pada umumnya
orang-orang dalam industri jasa atau yang berada dalam fungsi pemasaran dan
pelayanan pelanggan, cenderung berpikir bahwa manajemen kualitas hanya
diterapkan pada fungsi manufacturing dan merupakan tanggung jawab dari
orang-orang dalam fungsi manufacturing.
Landasan dari total quality marketing adalah konsep market-in, bukan product-out, yang harus diartikan sebagai menciptakan produk-produk
yang mampu memberikan nilai bagi pelanggan untuk mencapai kepuasan total.
Tenaga-tenaga pemasar termasuk manajer pemasaran tidak boleh mengeluh bahwa
“kami dari bagian pemasaran tidak mampu menjual produk, karena produk itu
berkualitas jelek”. Pendekatan yang benar adalah ikut berpartisipasi aktif
dalam perencanaan dan pengembangan produk sesuai dengan informasi kebutuhan
pasar dan pelanggan yang ada. Adalah terlambat untuk mengeluh bahwa produk itu
berkualitas jelek setelah produk itu di produksi. Dengan demikian, dalam TQM,
fungsi pemasaran harus merupakan bagian integral dari TQM melalui total quality marketing.
Agar total quality marketing dan
konsep-konsep TQM yang lain dapat berhasil, maka sikap mental berdasarkan
konsep market-in harus dipahami dan
di hayati.
Filosofi dari
total quality marketing adalah “jangan mengecewakan pelanggan”
Berikut adalah
filosofi jaminan kualitas dalam Total
Quality Marketing
Jaminan kualitas
berarti menentukan kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk sesuai kebutuhan
pelanggan, memastikan bahwa pelanggan hanya membeli produk-produk bebas cacat,
melakukan pelayanan purna jual secara efektif dan memastikan dan menjamin bahwa
pelanggan akan memperoleh kepuasan melalu penggunaan produk itu.
Stowell (1995)
melaporkan bahwa terdapat lima praktek umum dari perusahaan yang menerapkan total quality in marketing, sebagai
berikut :
·
Komitmen eksekutif (executive
Commitment) adalah peningkatan yang sukses dalam pemasaran berhubungan
langsung dengan komitmen jangka panjang dan partisipasi aktif dari tim
manajemen, mulai dari eksekutif senior sampai eksekutif dan manajer-manajer
pemasaran. Mereka semua menerapkan praktek-praktek keterampilan kepemimpinan
kualitas yang kuat (strong quality
leadership skills).
·
Mendengarkan pelanggan (listening to Customer) adalah peningkatan dalam pemasaran di
peroleh berdasarkan pemahaman teliti dari kebutuhan dan umpan balik pelanggan
tentang bagaimana baiknya kebutuhan pelanggan itu dapat dipenuhi. Dalam kasus
pemasaran, pelanggan sering membutuhkan atau menginginkan aktivitas bernilai
tambah lain yang dilakukan oleh fungsi pemasaran, bukan sekedar nilai dari
produk yang ditawarkan itu. Dengan demikian metode-metode untuk menjaring
kebutuhan dan umpan balik pelanggan secara periodic, berdasarkan survey
tertulis, kontak melalui telepon, wawancara pribadi atau melalui kelompok
focus, pertemuan-pertemuan pelanggan dan lainnya akan sangat bermanfaat.
·
Pendekatan Tim Kerja sama (Use of Teams) dimana pendekatan kerjasama telah umum diterima dalam
fungsi pemasaran dari perusahaan-perusahaan yang sukses. Dalam banyak
perusahaan sukses, orang-orang pemasaran selalu didukung oleh sekelompok orang
lain, dan diakui sebagai bagian dari tim pemasaran. Tim pemasaran ini
berkontribusi secara langsung terhadap proses peningkatan kualitas melalui
partisipasi internal, penyelesaian masalah lintas fungsi (cross functional problem solving) dan partisipasi aktif dalam tim
peningkatan proses (process improvement
teams).
·
Berfokus pada Proses (Focus on Process) yaitu
mengidentifikasi kebutuhan, mengembangkan solusi, membuat proposal, memasukkan
pesanan pelanggan, memperoleh bahan baku, memproduksi, menyerahkan produk ke
pelanggan, merupakan sekuens aktifitas yang menghasilkan output dan itu
didefinisikan sebagai proses. Banyak aktifitas dalam proses ini yang merupakan
tanggung jawab dari fungsi pemasaran. Semua aktifitas itu berpotensi untuk
meningkatkan kualitas, sehingga mencapai hasil berupa : penurunan
kesalahan-kesalahan, waktu siklus menjadi lebih pendek (shorter cycle time), peningkatan kepuasan pelanggan dan penigkatan
penjualan.
·
Organisasi Terbuka (Open
Organization) yaitu perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam meningkatkan
pangsa pasar mereka, pada umumnya mengakui bahwa keterbukaan, terutama
menyesuaikan praktek-praktek manajemen mereka dengan cara-cara bagaimana
perilaku pembelian dari pelanggan mereka, akan memberikan manfaat luar biasa
dalam peningkatan penjualan. Praktek-praktek manajemen organisasi itu dilakukan
berdasarkan fakta dan berorientasi pada pasar dan pelanggan.
Contoh perusahaan
yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip total
quality marketing, adalah IBM. Aplikasi konsep-konsep TQM dalam bisnis IBM
berdasarkan pada tiga nilai utama, yaitu :
1.
respect for the individual
2.
customer service
3.
excellence in all that is done
Proses TQM dari
IBM disebut sebagai market driven quality
(MDQ). Fungsi-fungsi pemasaran dalam IBM bertanggung jawab untuk mengumpulkan
data pasar, melakukan analisa kompetitif, memilih pasar, mengidentifikasikan
dan menilai kapabilitas dan mengembangkan strategi-strategi untuk menawarkan
produk (barang dan atau jasa)
5.2
Konsep dan
Aplikasi Total Quality Human Resource
Management (TQHRM)
Salah satu factor
utama yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan organisasi adalah sumber
daya manusia, dan bagaimana baiknya
sumber daya manusia itu di fokuskan untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi.
Integrasi total quality management (TQM) dengan
manajemen sumber daya manusia (human
resource management) disebut sebagai total
quality human resource management (TQHRM).
Langkah pertama
dari implementasi TQM adalah membentuk tim kerja sama untuk bertindak sebagai
kekuatan pendorong dari proses implementasi.
Pelatihan dan
pengembangan merupakan elemen utama dari TQHRM. Dua jenis pelatihan yang
penting adalah pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan untuk meningkatkan
keterampilan dan kepuasan karyawan dan pelatihan lintas fungsi untuk
mengembangkan kerja sama dan fleksibilitas karyawan.
TQM adalah
pemberdayaan karyawan (employee
empowerment), yaitu meningkatkan tanggung jawab karyawan terhadap kualitas
produk, maka sangatlah penting jika mereka dibekali dengan alat-alat atau
metode-solusi masalah, sehingga mereka mampu mengambil inisiatif dalam
menyelesaikan masalah sehari-hari.
Metode Employee Involvement (EI) didefinisikan
sebagai konsep yang menggunakan pengalaman, energi kreatif dan kemampuan
inteleketual dari semua karyawan dengan cara memperlakukan mereka dengan rasa
hormat, memberikan mereka informasi dan melibatkan mereka dalam proses
pembuatan keputusan sesuai dengan bidang keahlian mereka. Employee involvement berfokus pada peningkatan kualitas dan
produktivitas organisasi.
Kegagalan umum
dari konsep employee involvement (EI) yang diterapkan secara
keliru,antara lain :
·
Implementasi teknik employee involvement (EI),
kerjasama tim tanpa suatu tujuan yang dinyatakan secara jelas oleh manajemen
·
Kegagalan untuk memberikan pelatihan yang tepat,
manajemen dan karyawan membutuhkan pelatihan dalam teknik-teknik hubungan kerja
yang baru.
·
Kegagalan mendefinisikan sasaran dan ekspektasi
·
Kegagalan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab,
karyawan harus diberikan tanggung jawab agar dapat melakukan
perubahan-perubahan yang tepat
·
Kegagalan membagi data dan informasi, manajemen harus mau
membagi semua data dan informasi yang diperlukan, termasuk informasi tentang
biaya dan pengeluaran lain.
·
Kegagalan dalam koordinasi, manajemen harus menjamin
bahwa semua kelompok kerja berada di bawah koordinasi yang jelas dan tidak
bekerja sendiri-sendiri.
·
Kegagalan dalam mendengarkan karyawan, mendengarkan
karyawan dalam artian memahami dan mengerti pendapat karyawan. Manajemen
memberikan dukungan untuk karyawan yang melaksanakan tangung jawabnya.
·
Kegagalan menerapkan peningkatan, manajemen harus
bertindak untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang dikembangkan oleh
karyawan, karena karyawan tidak bisa melakukan peningkatan yang berkaitan
dengan perbaikan system, prosedur dan kebijaksanaan
·
Kegagalan mengakui kegagalan, kegagalan seharusnya
dipandang sebagai pengalaman belajar positif, sehingga kegagalan yang sama
tidak akan berulang di masa datang
Pada dasarnya
upaya-upaya peningkatan kualitas dari perusahaan harus dimulai dari komitmen
yang tinggi dari manajemen disertai dengan peningkatan kinerja individu
(karyawan) yang ada dalam perusahaan itu, sehingga manajemen industri yang
ingin meningkatkan kualitas perusahaan harus memberikan perhatian utama kepada
masalah kinerja individu (karyawan), sebelum menggarap kinerja dari sumber daya
lain seperti material, energi, modal, mesin dan peralatan, informasi dan
lain-lain.
5.3 Konsep dan Aplikasi Total Quality Accounting
Total quality
accounting merupakan suatu pendekatan baru dalam akuntansi biaya, yang
menggunakan metode-metode TQM untuk menghasilkan informasi biaya-biaya kualitas
(quality cost) yang dibutuhkan oleh manajer.
Program reduksi
biaya terus-menerus (continuous cost reduction program) merupakan suatu
program yang disusun secara sistematik untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas industri melalui reduksi atau eliminasi pemborosan secara
terus-menerus terhadap semua aktivitas yang terlibat dalam system industri dan
merupakan bagian integral dari total quality accounting.
Reduksi biaya
dalam konteks program reduksi biaya terus
menerus adalah berupaya untuk menghilangkan pemborosan – pemborosan yang
ada pada masing – masing aktifitas yang menimbulkan biaya itu.
Beberapa
perusahaan kelas dunia menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai indicator
keberhasilan program reduksi biaya terus menerus melalui peningkatan kualitas, yang dapat
dihubungkan dengan ukuran – ukuran lain seperti ;
Ø Biaya
kualitas dibandingkan terhadap nilai penjualan ( presentase biaya kualitas
total terhadap nilai penjualan), semakin rendah nilai ini menunjukkan semakin
suksesnya program perbaikan kualitas.
Ø Biaya
kualitas dibandingkan terhadap keuntungan (presentase biaya kualitas total
terhadap nilai keuntungan), semakin rendah nilai ini menunjukkan semakin
suksesnya program perbaikan kualitas
Ø Biaya
kualitas diibandingkan terhadap harga pokok penjualan (cost of goods sold),
diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga pokok
penjualan, dimana semakin rendah nilai ini menunjukkan semakin suksesnya
program perbaikan kualitas.
Pada dasarnya
biaya kualitas dapat dikategorikan dalam empat jenis yaitu,
1.
Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost), merupakan
biaya biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi (error and
nonconformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk itu ke pelanggan.
Biaya biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan atau
nonkonformasi dalam produk sebelum pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan
internal adalah :
·
Scrap
·
Pekerjaan Ulang (Rework)
·
Analisis Kegagalan (Failure Analysis)
·
Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang (Reinspection and
Retesting)
·
Downgrading
·
Avoidable Process Losses
2.
Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost),
merupakan biaya biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi 9
errors and nonconformance) yang ditemukan setelah produk itu diserahkan kepada
pelangan. Biaya biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan
atau nonkonformasi dalam produk setelah pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan
Eksternal:
·
Jaminan (Warranty)
·
Penyelesaian keluhan (Complaint Adjustment)
·
Produk dikembalikan (Returned Product)
·
Allowances
3.
Biaya penilaian (Apraisal Cost), merupakan
biaya-biaya yang berhubungan dengan penentuan derajat konformansi terhadap
persyaratan kualitas (spesifikasi yang diterapkan). Contoh dari biaya penilaian
adalah :
·
Inspeksi dan pengujian kedatangan material
·
Inspeksi dan pengujian produk dalam proses
·
Inspeksi dan pengujian produk akhir
·
Audit kualitas produk
·
Pemeliharaan akurasi peralatan pengujian
·
Evaluasi stok
4.
Biaya pencegahan (prevention Cost), merupakan
biaya-biaya yang berhubungan dengan upaya pencegahan terjadi kegagalan internal
maupun eksternal, sehingga meminimumkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Contoh dari
biaya pencegahan adalah :
·
Perencanaan kualitas
·
Tinjau-ulang produk baru (new product review)
·
Pengendalian proses
·
Audit kualitas
·
Evaluasi kualitas pemasok
·
Pelatihan
Tugas utama
manajer dalam konteks program reduksi biaya terus menerus adalah membuat
keputusan yang mampu menigkatkan efisiensi dan efektifitas dari organisasi yang
dikelola itu. Diharapkan dari keputusan yang di buat oleh para manajer ini akan
membuat organisasi bisnis itu untuk meningkatkan daya saing dalam pasar global
melalui penetapan harga produk yang kompetitif.
1.
Pengukuran efektifitas program reduksi biaya
terus-menerus dapat dilakukan dengan menggunakan dua indicator utama yaitu :
Biaya standar dan varians. Biaya standar merupakan biaya per unit yang
harus disediakan oleh perusahaan untuk membuat satu unit produk (barang dan
atau jasa). Varians merupakan selisih antara biaya aktual dan biaya standar.
Biaya varians perlu dihitung untuk menyelidiki lebih lanjut mengapa terjadi
penyimpangan, siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan dan bagaimana
upaya untuk menyelesaikan masalah penyimpangan.
2.
Biaya kegagalan (internal dan eksternal) dalam konsep
biaya kualitas
Apabila variances
terjadi, maka manajer harus
memutuskan untuk melakukan hal-hal berikut :
1.
menilai apakah besaran variance itu cukup untuk
menjamin dilakukannya suatu penyelidikan
2.
apakah ada peluang yang rasional untuk menemukan penyebab
variance untuk selanjutnya akan mengarahkan pada tindakan korektif,
karena beberapa variance mungkin tidak dapat di koreksi
3.
biaya penyelidikan dan penyelesaian masalah harus lebih
rendah dari biaya pemunculan kembali variance yang ada
Komentar
Posting Komentar