Faktor-faktor
yang mempengaruhi suku bunga
Agar
keuntungan yang diperoleh dapat maksimal maka pihak manajemen bank harus pandai
dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila
salah dalam menentukan besar kecilnya suku bunga maka akan dapat merugikan bank
itu sendiri. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan suku
bunga, baik untuk bungan simpanan dan pinjaman.
Faktor-faktor
utama yan mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis besar
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Kebutuhan dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan
untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan.
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka
yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan juga
akan meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya, apabila dana yang ada dalam
simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit, maka bunga
simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban.
2.
Target laba yang diinginkan.
Faktor ini dikhususkan untuk bunga
pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam
menentukan besar-kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar
maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Namun untuk
menghadapi pesaing target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.
3.
Kualitas jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan
untuk bunga pinjaman. Semakin likuid pinjaman (mudah dicairkan) yang diberikan,
maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai
contoh, jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah.
Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit
yang diberikan bermasalah. Bagi bank jaminan yang likuid seperti sertifikat
deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan.
4.
Kebijaksanaan pemerintah
Dalam menentukan baik untuk bunga
simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada batasan maksimal dan batas minimal
untuk suku bunga yang diizinkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersaing
secara sehat.
5.
Jangka waktu
Baik untuk bunga simpanan maupun bunga
pinjaman faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu
pinjaman, maka akan semkain semkin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan risiko macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika
pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah. Untuk bunga
simpanan berlaku sebaliknya semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan
semakin rendah dan sebaliknya.
6.
Reputasi perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat
menentukan suku bunga terutama untuk
bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit
sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena
biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan risiko kredit macet di masa
mendatang relatif kecil dan demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid
faktor risiko kredit macet cukup besar.
7.
Produk yang kompetitif.
Produk yang kompetitif sangat
menentukan besar kecilnya bunga pinjaman. Kompetitif maksudnya adalah produk
yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga
kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang
kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran
produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.
8.
Hubungan baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan
dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya bank
menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa
(sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah
yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang
baik dengan pihak bank, sehingga dalampenentuan suku bunganya pun berbeda
dengan nasabah biasa. Nasabah yang meiliki hubungan baik dengan bank tentu
bunganya lebih rendah.
9.
Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank
kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan
cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Dalam arti
jika untuk bunga simpanan rata-rata pesaing 15% maka, jika hendak membutuhkan
dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya
16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga
pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan.
Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate).
Pengertian BI Rate.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Inflation Targeting Framework
bahwa BI Rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia yang
ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan untuk berlaku selama
triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan
dalam triwulan yang sama. Jadi, BI Rate merupakan suku bunga acuan Bank
Indonesia dan merupakan sinyal (stance ) dari kebijakan moneter Bank
Indonesia.
Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa BI Rate berfungsi
sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan,
penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate tersebut.
Sedangkan menurut Dahlam Siamat dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan moneter dan Perbankan menyebutkan bahwa BI
Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank
Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai
sinyal (stance) kebijakan moneter.
Dari pengertian yang dikeluarkan oleh Dahlan Siamat tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa BI Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter
untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan hasil lelang
OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada disekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga
SBI-1 bulan tersebut diharapkan akan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar
Bank (PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga jangka waktu yang
lebih panjang.
BI Rate 2013-2014
No.
|
Tanggal
|
BI
Rate
|
1.
|
8 Mei 2014
|
7.50 %
|
2.
|
8 April 2014
|
7.50 %
|
3.
|
13 Maret
2014
|
7.50 %
|
4.
|
13 Februari
2014
|
7.50 %
|
5.
|
9 Januari
2014
|
7.50 %
|
6.
|
12 Desember
2013
|
7.50 %
|
7.
|
12 Nopember
2013
|
7.50 %
|
8.
|
8 Oktober
2013
|
7.25 %
|
9.
|
12 September
2013
|
7.25 %
|
10.
|
29 Agustus
2013
|
7.00 %
|
11.
|
15 Agustus
2013
|
6.50 %
|
12.
|
11 Juli 2013
|
6.50 %
|
13.
|
13 Juni 2013
|
6.00 %
|
14.
|
14 Mei 2013
|
5.75 %
|
15.
|
11 April
2013
|
5.75 %
|
16.
|
7 Maret 2013
|
5.75 %
|
Mekanisme Penetapan BI Rate.
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat
Dewan Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober.
Dalam kondisi tertentu, jika dipandang perlu, Bi Rate dapat disesuaikan dalam
RDG pada bulan-bulan yang lain.
Pada dasarnya perubahan BI Rate menunjukkan penilaian Bank
Indonesia terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran
Inflasi yang ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian
Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan,
antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang disampaikan secara triwulanan
dan press release bulanan. Operasi Moneter dengan BI Rate dilakukan
melalui lelang mingguan dengan mekanisme variabel rate tender dan multiple
price allotments.
Dengan demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI Rate
yang ditetapkan oleh Bank indonesia akan diperkuat melalui berbagai transaksi
keuangan di pasar keuangan. Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian
likuiditas di pasar, Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter harian
melalui instrumen Fine-Tune
Operations (FTO) dengan underlying instrument SBI dan SUN.
Proses Penetapan respon kebijakan moneter dalam hal ini BI Rate:
1. Penetapan
respon kebijakan moneter dilakukan dalam RDG triwulanan.
2. Respon
kebijakan moneter diharapkan untuk periode satu triwulan kedepan.
3. Penetapan
respon kebijakan moneter dilakukan dengan memperhatikan efek tunda (Lag)
kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi.
4. Dalam kondisi
yang luar biasa, penetapan respon kebijakan moneter dapat dilakukan dalam RDG
bulanan.
Selain itu yang menjadi pertimbangan dalam penetapan respon
kebijakan tersebut adalah :
1.
BI Rate merupakan respon
bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar dapat tetap berada
pada sasaran yang telah dirtetapkan. Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika
deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya dipandang telah bersifat permanen
dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.
2.
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secrara diskresi dengan
mempertimbangkan
3.
Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan
dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.
4.
Berbagai informasi lainnya seperti leading indocators, expert
opinion, asesmen faktor resiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset
ekonomi dan kebijakan moneter.
Strategi Komunikasi BI Rate.
Untuk lebih memudahkan masyarakat memahami tentang kebijakan
moneter Bank Indonesia yang dilihat dari perubahan BI Rate, maka dilakukan
berbagai strategi komunikasi terhadap masyarakat Tujuan strategi komunikasi ini menurut Dahlan Siamat adalah untuk membantu
secara bertahap menurunkan dan mengarahkan ekspektasi inflasi di masyarakat ke
sasaran inflasi yang ditetapkan.
Hal ini menjadi sangat penting karena di Indonesia pengaruh dari
ekspetasi inflasi sebagai faktor penyebab inflasi, disamping dampak administered
prices, volatile foods dan pengaruh langsung nilai tukar (direct
exchange rate pass-trough).
Selain melalui press release dan konferensi pers yang
secara reguler mengumumkan keputusan RDG, penguatan strategi komunikasi
tersebut dilakukan melalui penerbitan Laporan Kebijakan moneter secara
triwulanan. Di dalamnya akan memuat assesmen menyeluruh Bank Indonesia mengenai
perkembangan terkini makroekonomi, inflasi, kondisi moneter, prakiraan inflasi
kedepan, dan respon kebijakan moneter yang diperlukan untuk membawa inflasi ke
arah sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Strategi komunikasi lain yang lazim dipraktekan oleh bank-bank
sentral yang menerapkan ITF (Inflation Targeting Framework) adalah
dengan penjelasan-penjelasan Dewan Gubernur mengenai kebijakan moneter di
berbagai kesempatan maupun publikasi dan penjelasan mengenai kerangka kebijakan
moneter yang baru, proses inflasi di Indonesia, proses perumusan kebijakan
moneter, model-model prakiraan ekonomi, maupun operasi operasi moneter. Selain
itu juga melalui media elektronik dan juga website Bank Indonesia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang
dilakukan oleh Bank Indonesia adalah melalui :
1.
Press Realease.
2.
Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan.
3.
Publikasi dan penjelasan Dewan Gubernur.
4.
Media elektronik.
5.
Situs resmi Bank Indonesia.
Selain strategi komunikasi terhadap masyarakat, diperlukan juga
koordinasi dengan pemerintah agar kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia dalpat sejalan dengan kebijakan umum pemerintah.
Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR)
Jakarta Interbank
Offered Rate adalah suku bunga indikasi penawaran dalam
transaksi PUAB di Indonesia. Suku bunga indikasi penawaran adalah suku bunga
pada transaksi unsecured loan antar bank, yang mencerminkan:
·
Suku bunga pinjaman yang ditawarkan
suatu bank kepada bank lain sekaligus
·
Suku bunga pinjaman yang bersedia
diterima suatu bank dari bank lain
JIBOR terdiri atas dua mata uang asing yaitu IDR dan USD, dengan
masing-masing terdiri dari enam tenor yakni 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan,
6 bulan dan 12 bulan. JIBOR diharapkan dapat menjadi suku bunga acuan yang
kredibel dan digunakan pada banyak transaksi keuangan di Indonesia, sehingga
dapat mendorong pendalaman pasar keuangan domestic karena akan:
·
Mendorong pengembangan PUAB terutama
untuk transaksi dengan tenor diatas 1 bulan yang saat ini transaksinya sangat
kecil dan tidak memiliki benchmark suku bunga;
·
Mendorong pelaku pasar untuk
menciptakan instrument pasar uang lain yang berbasis suku bunga;
·
Menciptakan benchmark suku bunga bagi
transaksi derivative dan transaksi yang berbasis floating rates;
·
Membantu bank dalam menentukan suku
bunga pinjaman dan deposito bagi nasabah prima;
·
Membantu pembentukan benchmark untuk
pasar obligasi.
Sebagai upaya meningkatkan kualitas JIBOR, monitoring secara
harian oleh Bank Indonesia terus dilakukan guna memastikan bahwa kuotasi data
suku bunga penawaran yang disampaikan oleh bank contributor JIBOR mencerminkan
kondisi pasar.
Berbagai upaya penyempurnaan terkait JIBOR akan terus
dikomunikasikan kepada para pelaku pasar dan public dalam rangka membangun
awareness dan komitmen bersama sebagai bagian dari upaya menjadikan JIBOR
sebagai suku bunga acuan yang kredibel di pasar uang domestik
Suku Bunga Pasar Antarbank adalah interbank market offered rate/IBOR yaitu acuan yang digunakan
bank dalam menetapkan suku
bunga kredit dan/atau transaksi perbankan lain;
biasanya yang dijadikan acuan tersebut adalah rata-rata suku bunga bank
tertentu; secara internasional biasanya mengacu kepada suku bunga LIBOR atau SIBOR.
LONDON
INTERBANK OFFERED RATE
LIBOR adalah London
interbank offered rate yaitu kurs referensi harian dari suku bunga yang ditawarkan dalam pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya dipasar uang London (atau pasar uang antar bank). Suku bunga
rata- rata LIBOR dihitung dari biaya meminjam (cost of funds) dana jangka
pendek tanpa agunan (unsecured)
yang harus dibayar bank anggota asosiasi perbankan Inggris untuk memperoleh
dana jangka pendek dari bank-bank lain. Setiap hari bank-bank terpilih ini
menyerahkan laporan perkiraan cost of funds masing-masing. Kelompok ini
beranggotakan 16 bank raksasa, seperti Norinchukin (Jepang), West LB (Jerman),
UBS (Swiss), RBS (Inggris), RBC (Kanada), Rabobank (Belanda), JP Morgan (AS),
HBOS (Inggris), HSBC (Inggris), Lloyds (Inggris), Deutsche Bank (Jerman),
Credit Suisse (Swiss), Citibank (AS), Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU) dari
Jepang, Bank of America, dan Barclays (Inggris). Setiap hari akan diumumkan angka
LIBOR untuk 15 jenis pinjaman yang dibedakan menurut jangka waktu pengembalian
(tenor)— jatuh tempo tersebut berkisar antara 1, 2, atau 3 minggu sampai 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 bulan.—dan meliputi 10 jenis mata uang,
termasuk dollar AS, euro, poundsterling, dan franc Swiss.
LIBOR
digunakan sebagai referensi (benchmark) untuk suku bunga jangka pendek praktis
di seluruh dunia. Kebanyakan produk-produk finansial, derivatif, dan
bermacam-macam sekuritas, kontrak-kontrak keuangan, seperti kartu kredit,
pinjaman, hipotek, dan sebagainya, menggunakan LIBOR sebagai acuan. Nilai
keseluruhan produk finansial dan transaksi keuangan yang menggunakan LIBOR
dalam penentuan harga mereka diperkirakan ratusan triliunan dollar AS (ada yang
menyebutkan sampai 800 triliun dollar AS).
LIBOR
menggunakan sistem “suku bunga mengambang”. "Suku bunga mengambang"
adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit berlangsung dengan
mengikuti suatu kurs referensi tertentu seperti LIBOR, dimana cara
perhitungannya dengan menggunakan sistem penambahan marjin terhadap kurs
referensi.
Karena LIBOR menunjukkan biaya yang harus
dibayar bank- bank terpercaya di dunia, suku bunga itu merupakan biaya pinjaman
terendah yang berlaku. Suku bunga produk keuangan lain yang dikeluarkan oleh
lembaga-lembaga keuangan perusahaan maupun transaksi keuangan yang terjadi
antarpihak diukur dengan besarnya selisih di atas LIBOR, dihitung dalam satuan
basis poin, di mana 1 persen adalah 100 basis poin.
SIBOR
Negara-kota
Singapura memiliki perekonomian terbuka kecil yang bergantung pada impor,
sehingga prosedur nilai tukar yang diterapkan untuk menjaga inflasi impor di
cek. Otoritas Moneter Singapura atau MAS (The Monetary Authority of Singapore)
menerapkan rezim mengambang dikelola di mana dolar Singapura didirikan terhadap
sekeranjang mata uang yang melibatkan mitra dagang utama negara itu. Suku bunga
di Singapura karenanya dipengaruhi oleh pasar dunia, seperti yang ditentukan
oleh tingkat suku bunga di negara-negara di keranjang mata uang . Karena dolar
AS merupakan bagian penting dari keranjang, suku bunga dalam Singapura
sebanding dengan yang di AS.
Inter - Bank Offered Rate Singapura
atau SIBOR
SIBOR
adalah singkatan dari Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR) dan merupakan
suku bunga referensi harian berdasarkan tingkat suku bunga di mana bank
menawarkan untuk meminjamkan dana tanpa jaminan kepada bank lain di pasar
Singapura grosir uang (atau pasar antar bank). Hal ini mirip dengan LIBOR yang
banyak digunakan (London Interbank Offered Rate), dan Euribor (Euro Interbank
Offered Rate). Menggunakan SIBOR lebih sering terjadi di kawasan Asia dan
ditetapkan oleh Asosiasi Bank di Singapura (ABS). Lebih dari apa pun, SIBOR
berfungsi sebagai patokan, atau suku bunga acuan untuk peminjam dan pemberi
pinjaman yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam pasar keuangan
Asia.
SIBOR
mengacu pada suku bunga yang bank dan lembaga keuangan lainnya berlaku dalam
pinjaman dana satu sama lain. Tarif harian ini didirikan oleh Asosiasi
bank-bank di Singapura dan diumumkan setiap hari melalui media mainstream.
Karena
lokasinya, stabilitas politik, lingkungan hukum dan peraturan yang ketat serta
volume usaha yang dilakukan di Singapura, negara kota dianggap sebagai pusat
utama keuangan Asia. Umumnya, pinjaman yang sangat besar untuk bisnis di daerah
dan swap suku bunga yang melibatkan usaha berpartisipasi dalam perekonomian
Asia akan dikutip atau dalam mata SIBOR ditambah sejumlah basis poin. SIBOR
sendiri banyak melekat pada rencana kredit perumahan, jangka waktunya bisa satu
bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan tenure. Semakin lama waktunya, maka
semakin tinggi suku bunganya.
COST OF FUND
Cost of Fund
(biaya dana) adalah suku bunga yang dipikul atas dana yang dikumpulkan bank.
Misalnya, suku bunga deposito sebesar 15% bagi bank adalah merupakan biaya dana
(COF). Untuk menghasilkan suatu COF dalam persentase yang kecil agar nantinya
suku bunga kredit yang didapat tidak terlalu besar, cara-cara yang dapat
dilakukan adalah dengan memperbesar dana yang dipinjamkan dan memperkecil suku
bunga.
1.
Memperbesar
Loanable Fund atau Dana Yang Dapat
Dipinjamkan, maksudnya jumlah penyaluran kredit kepada
masyarakat ditingkatkan sehingga tidak terdapat idle money dan bank menerima pendapatan bunga yang lebih besar
lagi.
Contoh
:
Total
Dana Rp 6 Miliar
Bunga
Rata-Rata Tertimbang 6,50%
Loanable fund yang
disalurkan baru sebesar Rp 2 Miliar, kemudian diperbesar menjadi Rp 3 Miliar
Maka
:
Pertama : COF = (6M/2M)x6,50% =
19,50%
Setelah
diperbesar : COF = (6M/3M)x6,50% =
13,00%
2. Memperkecil Suku Bunga Dana Pihak
Ketiga.
BRRT = Komposisi x SB DPK
BRRT
= 0,38 x 17,00% = 6,50%
BRRT
= 0,38 x 15,00% = 5,70%
COF =
(6M/2M) x 6,50% = 19,50%
COF =
(6M/2M) x 5,70% = 17,00%
Base Lending Rate adalah formula untuk menghitung
besarnya bunga / jasa pinjaman kepada para Debitur pada perusahaan jasa
keuangan.
Base Lending Rate
menjadi sangat penting jika anda menaksir berapa bunga/ jasa yang akan
anda bebankan atas kredit yang ada berikan pada para debitur atau nasabah .
Perhitungan bunga
pinjaman ( Base Lending Rate / BLR )
dapat dicari
melalui formula sbb :
1. Cost of
Loanable Fund (COLF) = X %
2. Overhead Cost
(OHC) = X % +
3. Cost of Money
(COM)
= X %
4. Risk
= X % +
5. Break Even
Point
= X %
6. Spread/Mark Up
= X % +
7. BLR
= X %
Penjelasan:
1. Cost of
Loanable Fund (COLF) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas dana yang
dihimpun, seperti simpanan dan simpanan berjangka serta pinjaman yang diterima
2. Overhead Cost
(OHC) adalah
biaya-biaya tetap yang timbul dan jumlahnya tidak tergantung pada jumlah dan
jenis dana yang dihimpun. Contoh overhead cost adalah: biaya gaji/ upah,biaya
penyusutan, biaya listrik, air dan telepon, dan sebagainya.
3. Risk adalah perbandingan besarnya piutang
ragu-ragu terhadap jumlah rata-rata dana yang dapat dipinjamkan. Piutang
ragu-ragu dapat dihitung berdasarkan analisis umur piutang,semakin rendah
tingkat kolektibilitasnya, maka semakin tinggi taksiran terhadap kemungkinan
timbulnya piutang ragu-ragu.
4. Spread adalah prosentase besarnya keuntungan
yang diharapkan dari pinjaman yangdiberikan.
Contoh
perhitungan bunga pinjaman (Base Lending Rate/BLR)
Ø Biaya
bunga atas dana yang dihimpun
= Rp 34.300.000
Ø Jumlah
rata-rata dana yang dapat dipinjamkan = Rp 427.500.000
Ø Overhead
cost
= Rp 17.617.000
Ø Risiko
pinjaman bermasalah
= Rp 13.893.750
Ø Spread
yang diharapkan
= Rp 2,106%
Dari data
tersebut dapat dihitung:
1. COST OF
LOANABLE FUND ( COLF )
COLF =
|
Rp 34.300.000
Rp. 427.500.000
|
= x 100%
|
= 8,023%
|
2. OVERHEAD COST
( OHC )
OHC =
|
Rp 17.617.000
Rp. 427.500.000
|
= x 100%
|
= 4,121%
|
3. RISK
RISK =
|
Rp 13.393.000
Rp. 427.500.000
|
= x 100%
|
= 8,023%
|
Maka BLR adalah
sebagai berikut:
1. Cost of
Loanable Fund (COLF) = 8,023%
2. Overhead Cost
(OHC)
= 4.121%
3. Cost of Money
= 12,144%
4. Risk
= 3,250% +
5. Break Even
Point
= 15,394%
6. Spread/Mark UP
= 2,106% +
7. BLR
=
17,500%
Risiko
suku bunga dapat didefinisikan sebagai eksposur keadaan ekonomi dan keuangan
suatu bank terhadap perubahan tingkat suku bunga yang tidak menguntungkan.
Fluktuasi suku bunga dapat menimbulkan akibat yang negatif pada posisi ekonomi
dan keuangan perusahaan yang dimunculkan lewat aset, hutang dan posisi off-balance sheets.
Dalam
perbankan, jika tingkat suku bunga menurun maka bunga deposito akan menurun dan
market value dari portfolio hutang
akan menigkat; sebaliknya, jika tingkat suku bunga menurun bunga pinjaman dan
instrumen keuangan akan menurun dan market
value dari portfolio aset akan meningkat. Fluktuasi tingkat suku bunga akan
berimbas pada pendapatan bank, market
value dari bank, dan jumlah intermediasi keuangan. Risiko tingkat suku
bunga bergantung pada deposito, pinjaman, dan operasi keuangan off-balance sheets. Risiko tingkat suku
bunga diatur dengan melakukan mismatching
tingkat maturitas dan interest
repricing pada aset dan hutang. Risiko tingkat suku bunga perbankan
dipengaruhi oleh jumlah, struktur, maturitas, tingkat sesitivitas, dan kualitas
dari aset dan hutang yang dimiliki oleh bank. Singkatnya, hal-hal yang
mempengaruhi risiko tingkat suku bunga yaitu struktur maturitas dari hutang dan
aset, kondisi perubahan tingkat bunga, dan spread
antara interest receiveable dan inerest payable.
Risiko tingkat suku bunga harus diatur karena
fluktuasi dari tingkat suku bunga dapat berimbas kepada tingkat profitabilitas
organisasi. Tindakan yang salah dalam pengelolaan risiko tingkat suku bunga
dapat mengakibatkan:
·
Peningkatan
biaya pinjaman bagi peminjam
·
Penurunan
return untuk investor
·
Penurunan
profitability khsusnya bagi penyedia jasa keuangan seperti bank.
·
Penurunan
NPV (Net Present Value) bagi
organisasi sebagai akibat dari perubahan discount
rate (interest rate) pada nilai
instrument keuangan, hedges, dan return on project.
Sumber risiko tingkat suku bunga dalam
perbankan
·
Perbedaan
timing maturity (untuk fixed-rate) dan repricing (untuk floating-rate) pada aset, hutang, dan
off-balance sheet positions suatu bank.
·
Perubahan
pada kemiringan dan bentuk yield
kurva risiko.
·
Korelasi
yang tidak sempurna dalam penyesuaian tingkat bunga yang didapat dan yang
dibayarkan pada instrumen lain dengan karakteristik repricing yang sama.
·
Options risk yang tertanam pada berbagai aset bank,
hutang, dan off-balance sheet portfolios.
Terdapat tiga metode tradisional untuk
mengukur risiko tingkat suku bunga:
1. Repricing Gap – berfokus pada perubahan net
interest income.
2. Maturity Gap – berfokus pada perubahan nilai
ekuitas tanpa mempedulikan cash flows timing.
3. Duration Gap – berfokus pada nilai ekuitas
termasuk di dalamnya cash flow timing. Duration Gap merupakan metode yang
paling lengkap dan tepat. Untuk mengukur risiko tingkat suku bunga.
Repricing
Gap
Repricing
gap merupakan nilai uang yang menunjukkan adanya perbedaan antara nilai buku
utang dan aset dengan tingkat maturitasnya (yang kemudian disebut dengan
bucket). Tahapan-tahapan untuk menghitung repricing gap dengan kumulative gap:
1. Mendata utang dan aset perusahaan beserta
maturity-nya.
2. Menghiung repricing gap dengan mencari spread
antara asset dengan liabilities yang memiliki tingkat maturitas (assets-liabilities
by bucket).
3. Cumulative gap merupakan jumlah dari repricing
gap yang telah dihitung.
Efek perubahan tingkat suku bunga pada
pendapatan bersih (net income) perusahaan ialah
DNII = (Gap) DR
Dimana DNII adalah perubahan tahunan pada pendapatan
bunga bersih (net interest income) dan DR merupakan perubahan tingkat suku bunga
tahunan. Contohnya sebagai berikut:
Time Period Assets Liabilities Gap Cm.
Gap
1 day 20 30 -10 -10
1 day - 3 months 30 40 -10 -20
3 - 6 months 70 85 -15 -35
6 - 12 months 90 70 20 -15
1 - 5 years 40 30
10
-5
Over 5 years 10 5 5 0
Jika tingkat suku bunga meningkat 1% hari ini,
untuk tiga bulan ke depan, berapa kira-kira perubahan tahunan yang terjadi pada
NII?
Jawab: DNII = (-20 million)
(.01) = -200,000.
Kelemahan dari metode repricing gap ini antara
lain:
1. Tidak memperhatikan perubahan nilai pasar dari
aset dan liabilitas.
2. Agregat dari aset dan liabilitas dapat menipu
ketika terdapat distribusi perbedaan maturitas.
3. Beberapa aset atau liabilitas akan jatuh tempo
lebih awal dari tanggal yang telah ditetapkan, baik secara sebagian maupun
keseluruhan yang biasa disebut dengan runoffs problem.
4. Runoffs memiliki sensitivitas terhadap
perubahan tingkat suku bunga.
5. Metode ini tidak memperhatikan item-item di
dalam off-balance sheet.
Maturity
Gap Model
Maturity Gap mengukur perbedaan antara
maturitas rata-rata aset tertimbang (MA) dan maturitas rata-rata
liabilitas tertimbang (ML).
|
Maturity Gap = (MA
- ML)
Dimana MA = WA1MA1
+ WA2MA2 + WA3MA3 + … + WAnMAn
ML = WL1ML1 + WL2ML2
+ WL3ML3 + … + WLnMLn
Dengan WAi = (market value of asset i)/(market
value of total assets).
WLi = (market value of liability j)/(market
value of total liab.)
MAi is the maturity of asset i.
` MLi is the maturity of liability j.
Ketika
(MA
- ML) > 0, kenaikan
pada tingkat bunga diperkirakan akan menurunkan ekuitas keuangan perusahaan,
begitu pula sebaliknya. Sedangkan ketika (MA - ML) < 0, maka kenaikan pada tingkat bunga
diperkirakan akan meningkatkan ekuitas keuangan perusahaan.
Duration
Gap Model
Model ini merupakan alat ukur yang lebih baik
dibandinkan maturity gap untuk mengukur risiko tingkat suku bunga. Rumus dari
durasi itu sendiri adalah
= time weight x
(discount cash flows)/(Bond Price)
Dimana D =
duration
CFt = cash flow in time period t
Y =
yield to maturity (interest rate) per period
T =
maturity in periods - usually semi-annual
Sedangkan rumus untuk menghitung duration gap
model hampir sama dengan maturity gap model, yaitu
Duration Gap = (DA
- DL)
Dimana DA = WA1DA1 + WA2DA2
+ WA3DA3 + … + WAnDAn
DL = WL1DL1 + WL2DL2
+ WL3DL3 + … + WLnDLn
Dengan WAi = (market value of asset i)/(market
value of total assets).
WLi = (market value of liability j)/(market
value of total liab.)
DAi is the duration of asset i.
DLi is the duration of liability j.
Perbedaan antara Maturity Gap dengan Duration
Gap dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Risiko Tingkat Suku Bunga dan
Manajemen Utang Aset dalam Perpektif Perbankan
Manajemen
utang dan aset merupakan perpektif yang valid untuk mengukur mengendalikan, dan
melalukan regulasi risiko tingkat suku bunga dalam perbankan (Abi, 1991, 1995;
Gualandri, 1990; Onado, 2004; Scanella, 2005a, 2005b, 2006). Salah satu
regulasi yang paling dikenal ialah Basel III dimana regulasi ini menekankan
pada pengukuran dan pengendalian risiko tingkat suku bunga melalui model dan
instrumen manajemen utang dan aset.
Prinsip-prinsip
manajemen dan supervisi tingkat suku bunga dikeluarkan oleh komite Basel (Basel
Committee) pada Banking Supervision yang menememukan bahwa bank memiliki proses
manajemen risiko yang komprehensif untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau,
dan mengendalikan eksposur dari risiko tingkat suku bunga. Proses manajemen risiko
ini dapat dibagi ke dalam empat tahapan. Yang pertama ialah mengidentifikasi
dan memahami risiko tingkat suku bunga. Tahapan yang kedua ialah menganalisis
dan mengidentifikasi pemicu dan komponen utama dari risiko tingkat suku bunga.
Tahapan selanjutnya yaitu mengukur risiko tingkat suku bunga, dengan
menggunakan model dan pendekatan berbeda yang tersedia untuk jenis bank yang
berbeda. Tahapan yang terakhir ialah manajemen risiko tingkat suku bunga yang
bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan pengaruh dari risiko tingkat suku
bunga pada pendapatan dan nilai ekonomis dari neraca bank.
Berdasarkan
manajemen utang dan aset, bank dapat menerapkan tiga tipe strategi untuk
mengatur risiko tingkat suku bunga dalam perbankan:
1. Tier
matching: bertujuan mencari
keseimbangan utang dan aset yang sempurna dalam hal maturitas (maturity gap) maupun durasi (duration gap).
2. Struktur intermediasi: mengatur eksposur
risiko (untuk mengatur gap yang berhubungan dengan struktur tingkat suku
bunga).
3. Hedging: mentransfer risiko dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan eksposur risiko.
Dengan
strategi yang pertama dan yang kedua, sebuah bank memodifikasi komposisi dari
aset dan utang pada neraca, dalam konteks gap
value, struktur maturitas, struktur tingkat suku bunga (fixed and floating). Penyebabnya ialah:
1. Sensitivitas tingkat suku bunga bank terhadap
fluktuasi tingkat suku bunga pasar.
2. Elastisitas dari deposito dan pinjaman
terhadap fluktuasi tingkat suku bunga.
3. Customer
relationship dan struktur
pasar perbankan.
4. Sekuritas dan pasar interbank.
Strategi
pertama dan kedua memungkinkan bank untuk mengatur risiko tingkat suku bunga
secara internal. Kedua strategis menyarankan bank untuk mengurangi gap size dengan memodifikasi aset dan
hutang. Artinya, bank mengatur aset dan utang mereka untuk mengurangi mismatch on repricing atau mismatch on duration. Dengan
menyesuaikan maturitas aset dengan maturitas utang, sebuah bank dapat
melindungi margin bunga dari efek perubahan tingkat bunga. Keuda strategi juga
menyarankan bank untuk memperpanjang durasi utang dan/atau memperpendek durasi
aset. Dengan menyesuaikan durasi portfolio aset dan durasi portfolio utang,
sebuah bank dapat melindungi modalnya dari efek perubahan tingkat suku bunga.
Strategi
ketiga menerapkan pemindahan risiko pada pasar keuangan melalui instrumen
derivatif. Strategi hedging dengan derivatif dapat diimplementasikan melalui
dua level: micro-hedging level (bank
mengambil posisi pada pasar derivatif untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan
dari suatu aset maupun utang) dan macro-hedging
level (bank mengambil posisi pada pasar derivatif untuk mengurangi risiko
yang ditimbulkan dari semua aset maupun utang). Strategi yang ketiga
memungkinkan bank untuk mengatur risiko tingkat bunga secara external. Bank
menggunakan derivatif keuangan untuk mengurangi risiko tingkat suku bunga
melalui hedging.
Interest Risk Rate Management
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam manajemen risiko tingkat suku bunga, terutama dalam hal
penataan sensitive assets dan sensitive liabilities, antara lain:
−
Maturity and Repricing
Perlu
dibedakan antara pengertian maturity
dan repricing. Maturity adalah jangka waktu jatuh tempo, sedangkan repricing adalah jangka waktu
penetapapan kembali tingkat suku bunga. Maturity
atau repricing disini merupakan maturity atau repricing yang telah disepakati oleh kedua pihak, atau yang disebut
dengan “Contractual date”.
−
Interest Rate Forecast
Agar bank
dapat memanfaatkan peluang mendapatkan keuntungan, perlu adanya prakiraan
terhadap tingkat bunga (Interest Rate
Forecasting).
−
Accelerating Change
Sehubungan
dengan berfluktuasinya interest rate
maka pengaturan posisi haruslah cepat tangga, artinya, cepat mengadakan
perubahan apabila dirasa akan menguntungkan. Sebagai contoh, apabila sedang
berada pada posisi short dan
diperkirakan interest rate akan meningkat,
maka secepatnya harus diubah ke posisi long
agar dapat diperoleh keuntungan dari perubahan interest rate tersebut.
Dengan
demikian, diperlukan monitoring terhadap perubahan posisi berdasarkan maturity dan repricing-nya (Gap monitoring).
Accelerating change maturity dan repricing
karena perubahan suku bunga atau faktor lainnya disebut Behaviour Date, yaitu maturity
atau repricing yang tidak berdasarkan
kontrak yang diperjanjikan sebelumnya, misalnya suku bunga naik banyak akan
membuat deposan menarik dana.
Apabila telah diketahui besarnya sensitive assets dan liabilities terhadap interest rate, maka ditempuh
langkah-langkah berikut:
1. Menyusun mismatched
rate sensitivity
a. Pengelompokan repricing/maturity schedule, yaitu penyusunan aset/liability
berdasarkan schedule penetapan
tingkat bunga baru (repricing schedule)
dan juga skedul jatuh tempo (maturity
schedule).
b. Pengelompokan interest rate maturity, yaitu pengelompokan aset/liability
berdasarkan tingkat kesensitifan terhadap interest
rate.
c. Menyusun tabel maupun grafik
Sebagai
contoh adalah bank Hyphotesa pada bulan Desember 2013 memiliki posisi sebagai
berikut:
−
Asset
Sensitive
·
Pinjaman
sebesar Rp 150 milyar yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan yang akan datang,
tetapi reviewing date nya pada 1 bulan yang akan datang sebesar Rp 75 milyar
dan 1 bulan kemudian atau 2 bulan yang akan datang sebesar Rp 75 milyar.
·
Pembelian
SBI jatuh tempo 1 bulan yang akan datang sebesar Rp 75 milyar.
−
Asset
Non Sensitive
Kas, bank
atau aset lainnya yang tidak sensitive terhadap suku bunga sebesar RP 80 milyar
dimana jatuh temponya pada 1 bulan yang akan datang Rp 30 milyar dan pada 3
bulan yang akan datang sebesar Rp 50 milyar.
−
Liability
Sensitive
·
Deposito
sebesar Rp 150 milyar yang akan jatuh tempo 1 bulan mendatang Rp 75 milyar dan
jatuh tempo 3 bulan mendatang sebesar RP 75 milyar.
·
Pinjaman
yang diterima dari bank sebesar Rp 75 milyar yang belum jatuh tempo pada 3
bulan mendatang.
−
Liability
Non Sensitive
Giro,
tabungan atau dana lainnya sebesar Rp 80 milyar yang jatuh tempo 1 bulan
sebesar Rp 30 milyar dan 3 bulan sebesar Rp 50 milyar.
−
Non
Earning Asset dan Bearing Liability sebesar Rp 25 milyar
Dari data di
atas, kemudian disusun Gap-nya sebagai berikut:
Komponen
|
1 bulan
|
3 bulan
|
Jumlah
|
A. Earning
|
180
|
125
|
305
|
1. Sensitive
|
150
|
75
|
225
|
2. Non Sensitive
|
30
|
50
|
80
|
B. Non Earning
|
10
|
15
|
25
|
TOTAL ASSETS
|
190
|
140
|
330
|
|
|
|
|
C. Bearing
|
125
|
180
|
305
|
1. Sensitive
|
75
|
150
|
225
|
2. Non Sensitive
|
50
|
30
|
80
|
D. Non Bearing
|
15
|
10
|
25
|
TOTAL LIABILITIES
|
140
|
190
|
330
|
|
|
|
|
E. GAP Volume
|
75
|
-75
|
0
|
F. GAP Procentage
|
50%
|
(100%)
|
0
|
2. Risk analysis
Setelah
menyusun mismatched rate sensitivity, langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap gap yang terjadi dalam
hubungannya dengan risiko pencapaian NIM apabila terjadi perubahan suku bung,
yang disebut analisis risiko.
Keadaan
positive mismatch menunjukkan bahwa sensitive assets lebih besar dari sensitive liabilities. Implikasi dari
hal tersebut adalah apabila terjadi peningkatan interest rate akan menguntungkan, karena kelebihan sensitive assets akan menghasilkan
pendapatan yang lebih besar sesuai dengan peningkatan interest rate. Sebaliknya apabila terjadi penurunan interest rate akan berakibat merugikan,
karena kelebihan sensitive assets
akan menghasilkan pendapatan yang lebih kecil sesuai dengan peningkatan interest rate.
Keadaan
negative mismatch menunjukkan bahwa
tidak semua sensitive liabilities
membiayai sensitive assets, atau, ada
sebagian sensitive liabilities yang
dipergunakan untuk membiayai non
sensitive assets. Implikasi dari keadaan tersebut adalah apabila terjadi
peningkatan interest rate akan
berakibat merugikan, karena bearing
liabilities akan meningkat sesuai dengan peningkatan interest rate, sedangkan assetnya
hanya sebagian saja yang mengalami peningkatan. Sebaliknya apabila terjadi
penurunan interest rate akan
berakibat yang menguntungkan karena bearing
liabilities-nya akan menurun sesuai dengan penurunan interest rate, sedangkan assetsnya
hanya sebagian yang mengalami penurunan.
Besar
kecilnya keuntungan/kerugian yang ditanggung adalah sama dengan hasil kali
perubahan interest rate dengan volume mismatchnya atau sebesar
presentase mismatch dikalikan
perubahan suku bunga. Dan apabila dikaitkan dengan pencapaian Net Interest Margin (NIM) berarti risiko
NIM sebesar:
Atau
3. Gap
policy limit
Setelah
diketahui seberapa jauh risiko yang terjadi apabila interest rate mengalami perubahan, maka pertanyaan selanjutnya
ialah apakah risiko yang terjadi dapat diterima oleh bank. Dalam kaitan
tersebut perlu ditetapkan limit berdasarkan kemampuan bank untuk dapat menerima
risiko yang disebut Gap limit. Gap
policy limit adalah suatu kebijakan untuk menetapkan batas dari gap yang dapat
diterima karena perubahan suku bunga duhubungkan dengan kekuatan/kemampuan bank
dalam menanggung risiko NIM
4. Restructuring
the position
Selain
melakukan pengaturan dan pengontrolan posisi assets dan liabilities dalam
mengelola risiko suku bunga, dapat dilakukan strategi hedging dalam mengamankan RSA dan RSL dari fluktuasi suku bunga. Hedging dilakukan dengan menerapkan satu
produk yang secara garis besar menjadikan pembayaran bunga RSL match dengan penerimaan bunga RSA dari
sisi tingkat suku bunga. Salah satu produk yang secara luas digunakan untuk
melakukan hedging terhadap suku bunga
adalah produk Interest Rate Swap (IRS)
Daftar pustaka
·
Business
System Review “Interest Rate Risk in Banking: a Theoretical and Empirical
Investigation through a Systemic Approach (Asset & Liability Management)”
by Enzo Scanella and Dario Bennardo.
·
Interest
Rate Risk Power Point from University of Connecticut School of Business (www.sba.uconn.edu/users/.../fi9-interestrisk.ppt)
·
Understanding
and Managing Interest Rate Risk Finance & Treasury April 2008 from CPA
Australia
KESAKSIAN!!!
BalasHapusnama saya Mrs Aisha Bukafia, tinggal di Indonesia, saya seorang Muslim yang berdedikasi, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua orang yang mencari pinjaman untuk berhati-hati dengan scammers karena mereka bulan everywhere.Few lalu, saya secara finansial turun, dan karena kebutuhan saya, putus asa dan kemiskinan, saya telah scammed oleh sebuah perusahaan bernama pinjaman online. Aku tidak menyerah sampai teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman disebut Mrs Emiliana wilson yang meminjamkan pinjaman $ 40,000USD dalam 24 jam dari perusahaan pinjaman tanpa tekanan, pada awalnya itu seperti mimpi bagi saya sampai saya melihat pertama angsuran peringatan saya setelah 3 bulan. Saya mendorong sesama orang Indonesia yang membutuhkan pinjaman untuk silahkan mendaftar dan menghubungi Mrs. Emiliana wilson melalui email: emilianawilson11@gmail.com Anda juga dapat menghubungi saya melalui email: mrsaishabukafia@gmail.com untuk informasi lebih lanjut.
Halo,
BalasHapusDi sini datang pinjaman terjangkau yang akan mengubah hidup Anda menjadi lebih baik, saya Mrs Brian Chamber, pemberi pinjaman kredit disetujui, terakreditasi dan terdaftar di bawah pemberi pinjaman kredit kesatuan organisasi, menawarkan pinjaman kepada individu, perusahaan swasta dan orang-orang yang membutuhkan bantuan keuangan dalam rendah bunga 2%.
Im Mrs. Brian, akan membuat yang terbaik dari layanan kami kepada semua pelamar yang sah. Anda tidak akan kecewa dengan saya dalam transaksi ini karena Anda tidak dilahirkan untuk menjadi pecundang. hubungi kami hari ini via E-mail: brianchamberloancompany@gmail.com
Layanan kami meliputi:
* Pinjaman Pribadi
* Pinjaman konsolidasi Dept
* Pinjaman Bisnis
* Pinjaman Pendidikan
* Ingkar janji
* Pinjaman Dijamin
* Pinjaman Tanpa Jaminan
* Pinjaman hipotek
* Pembayaran pinjaman
* Siswa pinjaman
* Kredit komersial
* Pinjaman Auto
* Pinjaman Investasi
* Pinjaman Pembangunan
* Dana Pinjaman
* Pinjaman Konstruksi
Silahkan mengisi formulir aplikasi pinjaman di bawah dan mengembalikannya kepada kami untuk kami melayani Anda lebih baik melalui e-mail:
brianchamberloancompany@gmail.com
FORMULIR APLIKASI:
1) Nama Lengkap:
2) Negara:
3) Alamat:
4) Seks:
5) Status Pernikahan:
6) Bekerja:
7) Nomor telepon:
8) berikutnya Kin:
9) Pendapatan Bulanan:
10) Jumlah Pinjaman Perlu:
11) Istilah pinjaman:
12) Tujuan pinjaman:
13) Tanggal lahir:
Halo semuanya
BalasHapusNama saya lismawati djumarding, saya dari indonesia. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu, saya merasa tegang secara finansial dan putus asa, saya ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman secara online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya menghubungi saya kepada pemberi pinjaman yang sangat andal yang disebut kreditur cepat Lindy Smith, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sejumlah 850 juta dalam waktu kurang dari 6 jam tanpa tekanan atau tekanan, dengan tingkat bunga rendah 2%. Saya sangat terkejut saat memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya ajukan, dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan. Jadi saya berjanji kepada Ibu Lindy bahwa saya akan membagikan kabar baik tersebut, agar orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, hubungi Mrs. Lindy melalui email: lindysmithloanfirm@gmail.com.
Anda juga bisa menghubungi saya di email saya: lismawatidjumarding@gmail.com
Sekarang, yang saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran angsuran bulanan saya, yang saya kirim langsung ke rekening bank perusahaan.